PEMBEDAHAN UNTUK PROTESA IMMEDIAT
Kelemahan utama dalam pembuatan protesa imediat adalah kesalahan mempersiapkan model dan kegagalan untuk mendapatkan petunjuk pembedahan yang memadai. Hanya dengan menghilangkan gigi pada model tidak banyak membantu apabila dikaitkan dengan alveoplasti yang dilakukan di klinik. Minimal, alveoplasti untuk persiapan lingir pada pembuatan protesa imediat, khususnya pada daerah anterior atas, paling tidak memerlukan eksisi dari papilla interdental, pembuatan flap bukal secukupnya dan penghalusan tulang. Apabila penyakit periodontal mengakibatkan kerusakan tulang yang luas, maka pengambilan jaringan granulasi dan prosedur pembentukan tulang kembali(recontouring) sering merupakan tindakan bedah yang melibatkan daerah yang luas. Suatu pedoman yang terbuat dari akrilik bening, mampu mencakup seluruh lengkung rahang, akan memperlancar tindakan bedah tersebut.
I Alveolektomi anterior atas
Kebanyakan tindakan preparasi lingir untuk protesa imediat tidaklah rumit, tetapi pasien maloklusi klas II atau protrusi bimaksilar yang disertai protrusif insisivus atas yang ekstrem memerlukan pembedahan yang lebih banyak karena adanya undercut labial yang luas. Oleh karena itu diperlukan kombinasi pemeriksaan klinis, radiografis, dan pemeriksaan pada model. Undercut apabila hanya sedikit mungkin bisa dihilangkan hanya dengan pengasahan tulang sebelah fasial. Apabila besar, maka perlu dilakukan tindakan alveolotomi. Sesudah dilakukan insisi alveoplasti dan pembuatan flap, tulang intraseptal dieksisi dengan menggunakan bur/ tang Rongeur, dan tulang sebelah labial di dorong kearah palatal untuk menghilangkan/mengurangi undercut fasial. Seringkali puncak fasial pada lingir yang menonjol dibentuk kembali untuk menghindari bentuk lengkung rahang seperti huruf ’V’. Suatu template yang dibuat dari akrilik bening mencakup seluruh rahang akan memperlancar prosedur ini dengan mengungkapkan adanya daerah yang pucat karena tertekan, yang menunjukan bahwa daerah itu perlu diasah. Penjahitan dilakukan dengan teknik terputus/ kontinue.
II Tindak Lanjut
Tanpa memperhatikan sifat dari tindakan bedah yaitu alveoplasti sederhana atau alveolotomi, protesa imediat tidak boleh dilepas selama 24 jam pertama setelah pemasangan. Aplikasi dingin untuk mengurangi edema dan pemberian analgesic yang sesuai (misalnya kombinasi narkotik/non-narkotik). Pada control pertama, protesa dilepas dan daerah yang mengalami iritasi diperbaiki. Apabila waktu protesa dipasang kembali tetap terasa sakit, maka kadang-kadang bisa dibantu dengan anestesi topical.
Vestibuloplasti adalah prosedur penambahan lingir yang relatif. Tujuannya adalah membuat permukaan lingir yang ada meningkat sehingga permukaan yang digunakan untuk menahan protesa menjadi lebih besar. Hal ini sering dilakukan dengan jalan migrasi apikal dari mukosa bukal (split thickness flap). Cacat pada permukaan periosteum yang terjadi diharapkan sembuh dengan membentuk jaringan granulasi atau re-epitelisasi, atau ditutup dengan flap mukosa yang digeser, atau cangkokan mukosa atau kulit. Prosedur vestibuloplasti dikelompokkan berdasarkan luasnya total atau sebagian.
I Vestibuloplasti total rahang bawah
Pendekatan standar vestibuloplasti total mandibula biasanya mencangkup merendahkan sulkus lingual dan memerlukan rawat inap. Pemilihan pasien sangatlah penting karena atropi yang berlebihan tidak memberikan ketinggian dan lebar lingir yang memadai, sehingga prosedur untuk peninggian absolut seperti penambahan lingir merupakan indikasi. Sebelum dilakukan pembedahan, dibuat sendok cetak akrilik yang digunakan untuk mendapatkan cetakan dari daerah yang sudah dipersiapkan yang juga bertindak sebagai stent untuk membawa cangkokan kulit. Pada mulanya insisi dibuat tepat di lingual dari puncak lingir residual. Dengan diseksi supraperiosteal, mukosa disingkapkan ke lingual untuk memaparkan m.mylohyoideus, yang dipisahkan pada bagian di dekat origonya pada linea milohioidea. M. genioglossus direseksi sebagian pada origonya, biasanya kurang lebih sepertiga sampai setengah ketinggiannya. Periosteum bukal dibedah dengan jalan mendiseksi mukosa dengan membuat insisi kedua yang terletak di bukal dari puncak lingir. Keberadaan n. mentalis juga harus diperhatikan.
II Reposisi flap ke apikal
Dengan menggunakan penusuk, jahitan dimasukkan lewat tepi anferior mandibula untuk menekan flap lingual ke bukal dan dengan efektif mereposisi kedua flap kearah apikal. Cangkokan kulit yang tipis didapatkan dari daerah yang relatif tidak berambut (biasanya kulit paha) dan diadaptasikan pada cetakan kompound dari daerah operasi yang dilapisi gutta percha (protaform). Stent tersebut di jahit dengan jahitan atau kawat yang mengelilingi mandibula (sirkum-mandibula). Sesudah 7-8 hari stent dilepas dan cangkokan dievaluasi. Biasanya terdapat 80-90% dari cangkokan kulit mengelupas. Protesa pasien direlining dan segera dipasang. Cangkokan kulit secara efektif menghalangi migrasi ulang dari mukosa dan perlekatan otot yang telah direposisi kearah oklusal.
III Vestibuloplasti subtotal
Vestibuloplasti bisa dimodifikasi sesuai dengan luas dan sifat dari cangkokan. Vestibuloplasti segmental terbatas pada regio anterior bawah yang menggunakan flap bukal yang ditransposisikan, atau cangkokan mukosal yang diambil dari palatum. Kadang-kadang pada lengkung rahang atas vestibuloplasti dilakukan tanpa cangkokan, dan penyembuhan terjadi dengan granulasi dan re-epitelisasi. Prosedur ini memerlukan diseksi apikal supraperiosteal yang luas, karena setengah dari ketinggian lingir yang didapat biasanya akan hilang pada akhir tahun pertama.
PENAMBAHAN LINGGIR
I Tulang untuk penambahan linggir
Apabila daerah yang mendukung protesa dari lingir yang atropi besar tidak bisa diperbaiki dengan vestibuloplasty, mungkin bisa dilakukan rekonstruksi lingir dengan penambahan. Penambahan dilakukan menggunakan tulang pasien sendiri (autologus), bahan aloplastik (misalnya hidroksiapatit), atau gabungan dari keduanya. Tulang yang dicangkokkan diambil dari crista illiaca atau tulang iga. Baik lingir maksila maupun mandibula bisa menerima teknik ini. Crista illiaca memberikan fasilitas tulang kanselus yang lebih banyak dengan kemampuan osteogeniklebih baik dibandingkan tulang iga. Cangkokan crista illiaca biasanya unikortikal dan lebih cocok untuk rahang atas dimana adaptasi dan konturing tidak begitu ditekankan. Cangkokan tulang iga biasanya diambil secara longitudinal dan diukurkan melintang sebelum diadaptasikan pada mandibula. Cangkokan tulang distabilisasi dengan pengawetan langsung (transoseus) pada linggir residual rahang atas atau rahang bawah. Penutupan mokuperiosteum sangat menentukan keberhasilan teknik ini, karena insisi yang benar-benar terpisah akan mengurangi terjadinya kemungkinan infeksi pasca bedah. Penambahan dengan tulang pesien sendiri memerlukan rawat inap dibanding tindakan lain misalnya preparasi lingir dengan pembedahan yang ekstensif, prosedur pembedahan yang kedua, misalnya pengambilan cangkokan dan kadang-kadang vestibuloplasti yang dilakukan sesudahnya, dan waktu yang lama sampai protesanya bisa dipakai. Linggir yang ditambah dengan cangkokan tulang merupakan subjek resorpsi selama 2 tahun pertama sesudah pembedahan.
II Aloplas untuk penambahan lingir
Penambahan linggir dengan aloplas (unsur hidroksiapatit) sering dilakukan
dibagian bedah selain dengan pencakokan tulang autologus. HA merupakan bahan
yang relatif biokompatibel, non-biodegradasi, osteokonduktif, dan osteofilik, tetapi
non-osteogenik. Berbentuk bahan yang mempunyai partikel granular yang halus,
tersusun secara teratur ataupun tidak. Secara kimiawi, mirip dengan kalsium fosfat
yang menyusun email atau tulang. HA terdapat di dalam syringe berdiameter kecil
(6mm) yang berisi 0,75mg bahan steril dan siap digunakan, HA dibasahi dengan
salin atau darah vena untuk membantu pengeluarannya dari dalam syringe. HA
bersifat radiopak, dan tempat pertemuan antara tulang dan aloplas dengan mudah
terlihat pada film.
III Diseksi untuk penambahan lingir
Penambahan linggir regional maupun total dilakukan dengan cara yang serupa yaitu diseksi subperiosteal dan deposisi, penutupan (agar tidak bocor), dan pencetakan terhadap HA. Ada berbagai pendekatan untuk membentuk saluran subperiosteal, yang diperlukan untuk membentuk ruang atau kantung tempat deposisi bahan. Diseksi mandibula dilakukan dengan insisi melintang bilateralpada regio gigi kaninus atau insisivus di garis tengah dikombinasi dengan insisi bilateral disebelah posterior foramen mentale. Cabang-cabang dari n. Mentalis dengan hati-hati dipertahankan. Lingir rahang atas bisa dicapai dengan insisi melintang tunggal pada garis tengah, untuk penambahan lingir yang terbatas ke arah anterior atau insisi pada regio kaninus bilateral untuk mendapat jalan masuk ke seluruh lingir. Diseksi subperiosteal dilakukan dengan menggunakan elevator periosteal. Faktor pertama pada preparasi kedua lingir tersebut adalah menghindari perluasan yang berlebihan (overdiseksi), yang memungkinkan keluarnya bahan menuju keruang jaringan lunak di sekitarnya. Jahitan yang erat biasanya digunakan untuk menarik dan memfiksasi insisi melintang, agar insersi syringe yang memuat HA akan lebih mudah. Bahan tersebut diseposisikan dari posterior ke anterior. Apabila terdapat atropi yang luas (pasien klas III/IV), makabisa dilakukan kombinasi cangkokan autologus-aloplas dengan perbandingan 1:1. Apabila pengisian sudah selesai, insisi ditutup dengan jahitan yang dapat diabsorbsi. Untuk menutup dan mencetak cangkokan digunakan basis protesa akrilik atau templete yang dibuat sesuai dengan konfigurasi lingir yang diharapkan. Basis protesa tersebut distabilisasi dengan pengawatan sirkummandibular (pada mandibula) atau sekerup tulang pada maksila. Basis protesa atau templete tersebut tetap dipertahankan pada tempatnya selama 3-4 minggu. Hal ini dimaksudkan bukan hanya untuk menunggu mengerasnya HA saja, tetapi juga untuk mempertahankan kedalaman sulkus.
IV Pengembang jaringan (tissue expenders)
Pengerasan HA memerlukan waktu 4-6 minggu. Pada praktek biasanya ditunggu sampai 4 minggu sesudah pembedahan untuk konstruksi protesa sementara dan paling tidak 2 bulan apabila ingin dilakukan vestibuloplasti. Setelah 4 tahun pada sebagian besar kasus menunjukkan tetap terpeliharanya lingir (hasilpenambahan)dengan 90% tetap bertahan dengan baik. Komplikasi utama pada penambahan lingir mandibula adalah trauma pada n. Mentalis dan mengakibatkan anestesia/disestesia, yang manifestasinya berupa semutan pada bibir. Kembalinya sensasi merupakanhal yang memang harus terjadi dan bukan merupakan perkecualian. Terapi profilaksis antibiotik dianjurkan oleh beberapa ahli bedah, walaupun infeksi pasca bedah kemungkinannya kecil.
V Blok hidroksiapatit
Blok HA yang porus kadang-kadang digunakan untuk penambahan lingir. Insersi dilakukan dengan pembuatan saluran subperiosteal atau dengan prosedur pembukaan flap, dengan jalan masuk yang agak lebih luas, dibuat sepanjang insisi lingir dan pembuatan flap yang besar. Apabila menggunakan blok HA, maka mukosa harus masih ada dan dapat dimobilisasi, karena tegangan penutupan cenderung mengakibatkan dehisensi tepi insisi mukosal, sehingga mendedahkan materialnya . Walaupun hasil awal dari blok HA nampak memuaskan misalnya85-90% dari cangkokan bisa bertahan tanpa terjadi dehisensi selama tahun pertama, tetapi perkembangan selanjutnya nampaknya kurang menggembirakan. Pada 2 tahun pertama, keberhasilan mungkin menurun sampai 15-20%. Penyebab kegagalan umumnya adalah rusaknya mukosa pada daerah premolar, pada bagian pertemuan dari blok. Usaha selanjutnya dalam mereduksi terbukanya bahan blok mengungkapkan adanya kegagalan vaskularisasi pada implan.
VI Pemeliharaan lingir
Insersi HA dengan segera pada tempat bekas pencabutan menunjukkan hasil klinis dan laboratoris yang baik dalam mempertahankan lingir alveolar. Pada suatu studi, pasien yang telah dievalusi ulang setelah lebih dari 2 tahun menunjukkan bahwa lingir dari sisi yang dilakukan perawatan ukurannya 2 kali lebih besar dibandingkan yang tidak dirawat (kontrol), walaupun dibebani protesa pada waktu berfungsi.
Klasifikasi kekurangan lingir alveolar:
Klas I : Ketinggian lingir alveolar memadai tetapi kurang lebar, biasanya disertai defisiensi lateral atau daerah undercut.
Klas II : Ketinggian dan lebar lingir kurang; dan terdapat lingir yang runcing seperti pisau.
Klas III : Lingir alveolar mengalami resorbsi sampai ke tulang basilar, sehingga menimbulkan cekungan pada bagian posterior mandibula dan lingir yang konfigurasinya tajam. Jaringan lunak yang berlebihan sering terdapat pada rahang atas.
Klas IV : Ada resorbsi pada tulang basilar sehingga menjadikan bentuk mandibula yang tipis seperti pensil dan maksilanya datar.
Implan telah digunakan bertahun-tahun dengan hasil yang baik pada bagian ortopedik dan pada penggantian tulang pinggul misalnya, penggantian tulang pinggul dewasa ini sudah sering dilakukan, sesering tonsilektomi. Ortopedis cukup beruntung karena mereka tidak menghadapi hal yang berkenaan dengan perlekatan mukosa, atau eppithelial cuff, peralatan protesa yang menumpang diatas rahang, tekanan multi arah yang mengenai daerah kecil, kebutuhan akan higiene yang cermat, dan bakteri yang selalu ada di dalam saliva.
Posisi Implantologi gigi pada masa sekarang ini terutama berkenaan dengan tiga aplikasi dasar; Subperiosteal, endosteal, dan transosteal.
I IMPLAN SUBPERIOSTEAL
Indikasi; implan subperiosteal dipergunakan terutama pada posisi mandibula yang mengalami atrofi yang hebat, terutama pasien yang mengalami kegagalan pemakaian protesa berkali-kali, atau pada kasus dimana atrofi terbedahnya bundel neurovaskuler (terkena trauma) sehingga menimbulkan rasa sakit pada mentalis. Karena protesa pada keseluruhannya tertanam, maka penggunaan implan subperiosteal cenderung melindungi n.alveolaris inferior/mentalis dari iritasi atau stimulasi dan mengurangi pengaruh pergeseran yang disebabkan oleh kerja otot. Sebagai tambahan sesuatu yang bersifat implan akan meniadakan kompresi jaringan antar basis protesa dengan kerangka implan
Seleksi dan desain; Penggunaan implan subperiosteal pada rahang atas telah dibatasi dalam beberapa tahun terakhir ini karena berdasarkan laporan bahwa dalam lima tahun terakhir ini mengalami kegagalan sebesar 75%. Penggunaan implan mandibula dibatasi pasien-pasien yang mengalami kegagalan pada penggunaan protesa konvensional, dan tidak dianjurkan untuk diletakkan padsa gigi yang antogonis giginya merupakan gigi asli. Dalam hal konfigurasi ridge tidak mampu mendukung protesa konvensional misalnya lingir berbentuk runcing (knife ridge), maka kondisi seperti ini harus diperbaiki terlebih dahulu. Surgiccal grade vitallium yaitu suatu aloi yang terdiri dari chronium, cobalt, manganese, molybdenum, silicon, dan carbon digunakan untuk membuat implan. Kerangka implan, yang terdiri adri topangan periferal dan sekunder, dengan superstruktur intraoral yaitu tonggak atau bar abbutment terletak tepat diats sisa lingir alveolar. Pasak atau bur abbutment menonjol diatas permukaan mukoperiosteum pada regio gigi kaninus dan pada molar pertama. Superstruktur menjadi bagian integral dari protesa. Dukungan dan retensi dicapai penggunaan precission attachment. Tekanan kearah lateral dikurangi dengan penggunaan gigi akrilik posterior yang ada.
Tindakan bedah untuk implan subperiosteal; Persiapan tindakan bedah untuk implan subperiosteal mandibula memerlukan pencetakan terlebih dahulu baru kemudian diikuti dengan insersi, seminggu kemudian. Interval antara pencetakan dengan insersi, lebih cepat lebih baik, karena perubahan atau resobsi tulang bisa dikurangi. Tindakan bedah bisa dilakukan di kamar bedah atau kamar praktek dengan menggunakan anastesi lokal atau sedasi atau anastesi umum yang sesuai. Untuk mendapatkan potongan lingir harus mendapatkan potongan yang luas, dan perlu dilakukan tindakan hati-hati sehubungan dengan adanya n.mentalis, perlekatan m.genioglossus dan m.milohioideus. Untuk pencetakan digunakan material rubber base. Pada waktu insersi, biasanya beberapa hari kemudian lingir dibuka kembali dan kerangka implan ditempatkan kembali ketempatnya, dengan superstruktur (diletakkan dibagian atas) terletak pada tempatnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya perubahan bentuk. Kerangka tidak sekrup. Peralatan transisi digunakan 4-6 minggu, sesudah itu konstruksi dari protesa yang sebenarnya dimulai. Sistem implan subperiosteal memerlakan higiene mulut yang cermat dari pasien, pemantauan jangkauan oklusi dilakukan prostodonsi, karena hal tersebut sangat mempegaruhi implan.
Pemantauan implan; Pembuatan implan subperiosteal yang didasarkan atas model yang didapat dari CT (Comuted Tomography Scan) tiga dimensi, sekarang bisa dilakukan. Teknik ini memiliki keuntungan yaitu tidak perlu diadakan pencetakan sebelum dilakukan pembedahan dan penundaan pembuatan implan. Pelapisan implan dengan HA bertujuan untuk menambah perlekatan pada permukaan tulang dengan implan.
II IMPLAN ENDOSTEAL
Definisi; implan endosteal diletakkan dalam tulang kanselus dari lingir. Implan ini sudah digunakan selama 10 tahun dan meningkatnya popularitas terlihat pada desain yang bermacam-macam yang bisa digunakan. Implan endosteal biasanya digunakan dikamar bedah. Pada teknik satu tahap, implan hanya sepotong saja dan tonggak abbutment menonjol keluar mukosa. Pada teknik dua tahap, mukosa yang menutupi osteal implan dibuka dengan pembedahan sebagai prosedur sekunder 3-4 bulan setelah implan dipasang, dan kemudian tonggak intraoral dipasang pada tempatnya. Kekurangan dari metode dua tahap ini terletak pada biaya yang harus dikeluarkan, ukurannya relatif lebih besar, dan biasanya memerlukan alat individual
Desain; Ada tiga desain standar pada implan endosteal; Blade, silinder, sekrup dan kombinasi dari tiga hal tersebut. Implan endosteal secara umum dibuat dari titanium/aloi titanium, diberi lubang-lubang atau jendela, dan seringkali dilapisi semprotan plasma titanium.pirolitic carbon, aluminium oksida, dan HA. Untuk membantu integrasi endosteal, yaitu penggabungan tulang dengan implan atau penyatuan tanpa diperantarai jaringan lunak. Dalam satu sistem, implan mempunyai diameter 3,75mm dan panjangnya bisa 7,10,13, dan 15 mm. Implan endosteal bisa dilakukan apabila lingir mempunyai lingir yang cukup dan jarak antara implan dengan antrum atau bundel neurovaskuler alveolaris inferior paling tidak 2mm
Insersi dua tahap; Dengan satu tahap, implan diinsersikan melalui flap sampul (envelope) mukoperiosteal yang direfleksikan dari insisi memanjang, terletak setengahketinggian lingir alveolar bukal. Untuk mencapai kesejajaran antar bagian, maka insisi mulai pada bagian garis tengah, dan indikator arah diinsersikan pada bagian permulaan. Harus diperhatikan dengan baik orientasi sumbu panjang lubang untuk mendapatkan dukungan tulang maksimal, dipertimbangkan hubungan implan dengan lengkung rahang antagonisnya, serta penentuan jalan masuk (path of insersion) untuk pemasangan protesa dimasa yang akan datang. Untuk meningkatkan diameter antar lubang digunakan dril spiral. Implan yang partially self tapping itu, kemudian diulirkan pada tempatnya (biasanya enam pada mandibula, dan empat sampai enam pada maksila). Penempatan akhir dilakukan dengan menggunakanRatchet wrench. Saluran internal yang telah dibuat, dimasuki sekrup, kemudian flap dikembalikan dan dijahit. Beberapa ahlibedah menganjurkan pemberian profilaksis antibiotik sesudah pembedahan
Operasi abutment; Tiga atau empat bulan sesudah insersi implan, gingiva yang menutupi implan dieksisi untuk mengeluarkan sekrup penutup dan insersi abutment. Abutment yang biasanya menembus mukosa cekat, menonjol kira-kira 1mm. Kemudian mukosa dijahit melingkari abutment. Penatalaksanaan prostetik yang terdiri dari pembuatan bar dari emas dengan gigi akrilik ditunda 2minggu. Perlu ditekankan untuk menjaga higiene mulut dengan cermat.
Oseointegrasi; Apabila diharapkan terjadi oseointegrasi, maka terjadinya panas pada tulang dan nekrosis tulang harus dihindarkan. Hal ini dilakukan dengan jalan mengebur dengan bur kecepatan rendah, dengan dril internal dan diselingi dengan irigasi. Pada sistem dua tahap, mukoperiosteum ditutup diatas implan pada saat diinsersikan. Tutup tersebut dibuka setelah 3-4 bulan, agar terjadi oseointegrasi, dan bisa diversikan sebelum implan dipasang. Oseointegrasi bisa dilihat secara klinis maupun radiologis. Secara klinis implan tidak bergerak dan perkusi menunjukkan adanya jaringan yang keras disekitar implan. Film periapikal, idealnya menunjukkan hubungan tulang dengan implan yang baik tanpa disisipi jaringan lunak, misalnya tidak ada radiolusensi diantara implan dan tulang
Hasil; Keberhasilan implan endosteal dilaporkan 84% pada rahang atas, dan 91% pada rahang bawah dalam waktu 10 tahun pertama. Keberhasilan pada 5 tahun pertama 91% pada rahang atas dan 96% pada rahang bawah. Suatu indikator kegagalan yang biasa terjadi adalah adanya jaringan fibrous yang mencengkram implan, yang biasa dibuktikan dengan adanya mobilitas dan radiolusensi dan oleh karenanya implan harus dilepas
III IMPLAN TRANSOSTEAL
Mandibular staple; Untuk melakukan insersi pada mandibular staple perlu dilakukan adanya rawat inap, Staple relatif lebih mahal dan memerlukan peralatan yang ekstentif dan individual. Alat ini dibuat dari tivanium, yang merupakan aloi aluminium/vanadium yang mempunyai kekuatan tarikan yang tinggi. Desainnya tersusun atas plat horizontal dibagian bawah, yang merupakan basis, untuk penempatan tiga sampai lima pasak retentif yang berukuran 9mm dan dua tonggak transoseus berulir., yang menembus mukosapada regio kaninus. Implan ini tersedia dalam tiga ukuran dan diletakkan secara terpisah pada mandibula bagian anterior, regio simpisis. Paling tidak harus ada tulang setinggi 10mm (dilihat secara sepalometri) pada tempat untuk insersi supaya bisa menerima pasak retentif. Mandibular staple dipasang melalui kulit, dengan insisi submental. Prosedur ini harus dilakukan dengan cermat karena kesejajaran antara lubang-lubang tempat pemasangan pasak retentif dan tonggak transoseus harus diperoleh. Sesudah 6-8 minggu dimulai rehabilitasi prostetik tahap akhir. Protesa direkatkan pada superstruktur melalui stressbroken precission attachment (dalbo, ceka). Mandibular staple hanya merupakan alat stabilisasi saja, dan protesa lepasan secara keseluruhan didukung oleh jaringan. Seperti pemakaian implan jenis lain, disini juga perlu dilakukan pemeliharaan higiene mulut yang cermat, dan kontrol yang teraturkedokter gigi
Implan transmandibular; Implan transmandibular (TMI)merupakan peralatan simfiel dengan tingkat keberhasilan 97%. Merupakan implan funsional yang didesain untuk menahan tekanan kunyah langsung. Implan ini tersusun atas suatu palt basis, lima sekrup kortikal, dan 4 tonggak yang semuanya terbuat dari aloi emas yang biokompatibel (18 karat aloi 5%). TMI diinsersikan kamar bedah dengan anastesi umum melalui insisi submental. Pengarah drill didukung oleh tiga sekrup kortikal dan digunakan untuk membuat lubang yang akan dipergunakan untuk menempatkan tonggak berulir. Kemudian pengarah drill diambil dan keempat tonggak dipasang dan dicekatkan terhadap plat basis dengan mengencangkan sekrupnya. Lima sekrup kortikal juga diinsersikan, menahan plat basis dengan kuat terhadap tepi bawah simpisis. Setelah bagian yang bedah ditutup mur dipasang pada tonggak sehingga sehingga menembus mukosa, kemudian dilakukan pencetakan. Pada hari berikutnya Bur Dolder dipasang dan mur dikencangkan. Pembuatan protesa ditunda selama 4minggu. Keuntungan dari sistem ini adalah apabila komponen gagal misalnya tonggak berulir maka alat tersebut bisa dilepas dan diganti dengan tetap mempertahankan integritas dari komponen-komponen implan yang lain
2 comments:
Mbak..dapusnya mana yaa?? ^^
Swri lupa...tp tu rata2 d ambil dr buku ajar bedah mulut...
Post a Comment