Istilah
ini biasanya diartikan untuk gigi yang erupsinya oleh sesuatu sebab terhalang,
sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal
di dalam deretan susunan gigi geligi.
Hambatan halangan ini biasanya
berupa :
Ad.a. Hambatan dari sekitar gigi
Dapat
terjadi oleh karena :
1.
Tulang yang tebal
serta padat
2.
Tempat untuk gigi
tersebut kurang
3.
Gigi tetangga
menghalangi erupsi gigi tersebut
4.
Adanya gigi desidui
yang persistensi
5.
Jaringan lunak yang
menutupi gigi tersebut kenyal atau liat.
Ad.b. Hambatan dari gigi itu sendiri :
Dapat
terjadi oleh karena :
1.
Letak benih abnormal
-
Horizontal
-
Vertikal
-
Kaudal
-
Distal dan lain-lain
2.
Daya erupsi gigi
tersebut kurang.
Ada
suatu teori yang menyatakan berdasarkan evolusi manusia dari zaman dahulu
sampai sekarang bahwa manusia itu makin lama makin kecil dan ini menimbulkan
teori bahwa rahang itu makin lama makin kecil, sehingga tidak dapat menerima
semua gigi yang ada.
Tetapi
teori ini tidak dapat diterima, oleh karena tidak dapat menerangkan bagaimana
halnya bila tempat untuk gigi tersebut cukup, tetapi gigi tersebut tidak dapat
tumbuh secara normal misalnya letak gene abnormal dan mengapa ada bangsa yang
sama sekali tidak mempunyai gigi terpendam misalnya bangsa Eskimo, bangsa
Indian, bangsa Maori dan sebagainya.
Kemudian
seorang ahli yang bernama Nodine, mengatakan bahwa sivilisasi mempunyai
pengaruh terhadap pertumbuhan rahang. Makin maju sesuatu bangsa maka stimulan
untuk pertumbuhan rahangnya makin berkurang. Kemajuan bangsa mempunyai hubungan
dengan pertumbuhan rahang, karena bangsa yang maju diet makanannya berbeda
dalam tingkatan kekerasan dibandingkan dengan bangsa yang kurang maju. Misalnya
bangsa-bangsa primitif lebih sering memakan makanan yang lebih keras sedangkan
bangsa modern lebih sering makan makanan yang lembek, sehingga tidak atau
kurang memerlukan daya untuk mengunyah sedangkan mengunyah merupakan stimulan
untuk pertunbuhan rahang.
ETIOLOGI GIGI TERPENDAM MENURUT BERGER
- Kausa Lokal :
1. Posisi gigi yang abnormal
2. Tekanan terhadap gigi tersebut dari gigi tetangga
3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
4. Kurangnya tempat untuk gigi tersebut
5. Gigi desidui persistensi (tidak mau tanggal)
6. Pencabutan gigi yang prematur
7. Inflamasi yang kronis yang menyebabkan penebalan
mukosa sekeliling gigi
8. Adanya penyakit-penyakit yang menyebabkan nekrose
tulang karena
inflamasi atau
abses yang ditimbulkannya.
9. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit
eksantem pada anak-
Anak
- Kausa Umur :
Gigi
terpendam dapat terjadi juga bila tidak ada kausa lokal dan dapat disebabkan
karena :
- Kausa prenatal :
a.
Keturunan
b.
“ Miscegenation”
- Kausa Postnatal :
Semua
keadaan atau kondisi yang dapat mengganggu pertumbuhan pada kanak-kanak seperti
:
a.
Ricketsia
b.
Anemi
c.
Siphilis kongenital
d.
T.B.C
e.
Gangguan kelenjar
endokrin
f.
Malnutrisi
- Kelainan Pertumbuhan :
a.
Cleido cranial
dysostosis
b.
Oxycephali
c.
Progeria
d.
Achondroplasia
e.
Celah langit-langit
Cleido Cranial Dysostosis :
Terjadi
pada masa kongenital dimana terjadi kerusakan atau ketidak beresan dari pada
tulang kranial. Hal ini biasanya diikuti dengan persistensi gigi susu dan tidak
erupsinya atau tidak terdapat gigi permanen, juga ada kemungkinan dijumpai gigi
supernumeri yang rudimenter.
Oxycephali :
Suatu kelainan dimana terdapat
kepala yang lonjong diameter muka belakang sama dengan dua kali kanan atau
kiri. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan rahang.
Progeria :
Merupakan suatu kelainan dimana
penderita terlalu cepat tua. Kelainan ini merupakan suatu bentuk infantilisme
yang ditandai dengan :
-
Tubuh yang tetap
kecil
-
Tidak ada
tanda-tanda kedewasaan seperti bulu ketiak, bulu pubis dan lain sebagainya.
-
Kulit berkerut, rambut
putih, muka, kelakuan dan tindakan seperti orang tua.
Achondroplasia :
Suatu penyakit dari kerangka,
yang dimulai dari fetus dan memberi bentuk kerdil, tulang-tulang rawan tidak
tumbuh normal.
Celah langit-langit :
Dimana tidak ada perlekatan antara tuber maksilaris
dengan tuber palatinalis, kebanyakan kasus ini penyebabnya herediter.
Semua kausa tersebut diatas erupakan etiologi dari gigi
terpendam yang manapun. Menurut penyelidikan insidens gigi terpendam terdapat
dalam urutan sebagai berikut :
1.
Molar tiga mandibula
2.
Molar tiga maksila
3.
Kaninus maksila
4.
Kaninus mandibula
5.
Premolar mandibula
6.
Premolar maksila
7.
Insisivus pertama
maksila
8.
Insisivus kedua
maksila
Gigi
yang terpendam merupakan sumber potensial yang terus menerus dapat menimbulkan
kerusakan atau keluhan sejak gigi tersebut mulai erupsi.
-
Molar tiga = 17 - 21
tahun
-
Kaninus = 6 - 15
tahun
-
Premolar = 9 -
12 tahun
-
Insisivus = 4 -
7 tahun
KERUSAKAN ATAU KELUHAN YANG DITIMBULKAN
- Inflamasi
- Resorpsi gigi tetangga
- Kista ( Folikuler )
- Rasa sakit – neuralgia
- Fraktur (Patah tulang rahang)
- dan komplikasi lain
Ad.1. Inflamasi.
Inflamasi merupakan suatu perikoronitis yang lanjutannya
menjadi abses dento-Alveolar akut-kronis, ulkus sub-mukus yang apabila keadaan
tubuh lemah dan tidak mendapat perawatan dapat berlanjut menjadi osteomyelitis.
Biasanya gejala-gejala ini timbul bila sudah ada hubungan soket gigi atau folikel
gigi dengan rongga mulut.
Ad.2. Resorpsi gigi tetangga.
Setiap gigi yang sedang erupsi mempunyai daya tumbuh ke
arah oklusal gigi tersebut. Jika pada stadium erupsi, gigi mendapat rintangan
dari gigi tetangga maka gigi mempunyai daya untuk melawan rintangan tersebut.
Misalnya gigi terpendam Molar tiga dapat menekan Molar
dua, Kaninus dapat menekan insisivus dua dan Premolar. Premolar dua dapat
menekan Premolar satu.
Disamping mengalami resorpsi, gigi tetangga tersebut
dapat berubah arah atau posisi.
Ad.3. Kista.
Suatu gigi yang terpendam mempunyai daya untuk merangsang
pembentukan kista atau bentuk patologi terutama pada masa pembentukan gigi.
Benih gigi tersebut mengalami rintangan sehingga
pembentukannya terganggu Menjadi tidak sempurna dan dapat menimbulkan
premordial kista dan folikular kista.
Ad.4. Rasa Sakit.
Rasa sakit dapat timbul bila gigi terpendam menekan
syaraf atau menekan gigi tetangga dan tekanan tersebut dilanjutkan ke gigi
tetangga lain di dalam deretan gigi, dan ini dapat menimbulkan rasa sakit.
Rasa
sakit dapat timbul karena :
a.
Periodontitis pada
gigi yang mengalami trauma kronis.
b.
Gigi tependam
langsung menekan n.alveolaris inferior pada kanalis mandibularis.
c.
Resorpsi gigi
tetangga sampai mengenai kanalis radisis, sehingga gigi mengalami pulpitis.
Ad.5. F r a k t u r.
Fraktur dari tulang rahang sebetulnya akibat gigi terpendam
dapat timbul oleh karena terjadi kista yang besar pada rahang tersebut sehingga
dapat terjadi fraktur patologis. Gigi terpendam dapat menimbulkan abses yang
bila tidak dirawat dapat terjadi fraktur patologis akibat dari Osteomyelitis.
Ad.6. Komplikasi-komplikasi lain.
Gigi terpendam merupakan benda yang
letaknya abnormal di dalam tulang rahang
dan merupakan sumber potensial untuk terjadinya bermacam kompli- kasi, walaupun jarang dapat
menyebabkan :
a.
Tinnitus aurium
(kuping mendengung)
b.
Otitis
c.
Kelainan pada mata
seperti :
-
Kabur
- Kebutaan
- Iritis
- Sakit menelan seperti pada
glaukoma
Melihat komplikasi yang dapat ditimbulkannya, maka dapat
disimpulkan bahwa gigi terpendam ini harus diambil dan sebaiknya diambil sedini
mungkin. Tetapi ada pendapat lain bahwa gigi terpendam ini tidak usah diambil
bila prognosanya baik atau bila tidak menimbulkan keluhan. Sebagian kecil
daripada para ahli menganut pendapat terakhir ini.
INDIKASI PENGAMBILAN GIGI TERPENDAM (
ODONTEKTOMI ) :
Yaitu bila :
1.
Menimbulkan gejala
neuralgia disebabkan tekanan gigi pada syaraf.
2.
Pembentukan kista.
3.
Ada gejala inflamasi
4.
Mengalami karies
5.
Ada gejala akan
menimbulkan karies pada gigi tetangga.
Prinsip
perawatan adalah membuat trauma sekecil mungkin, yaitu :
a.
Kerja dengan teknik
yang teratur.
b.
Operasi atau
pengambilan harus dilakukan dengan penglihatan langsung
c.
Membuat rencana yang
lengkap sehingga pengeluaran tenaga sekecil mungkin.
d.
Gigi tetangga dan
struktur periodontium harus tetap dalam keadaan utuh.
Pemeriksaan klinis :
Banyak penderita dengan gigi
terpendam, tidak mempunyai keluhan dan kadang-kadang tidak tahu bahwa ada
kelainan pada gigi geliginya.
Keluhan biasanya berupa :
1. Perikoronitis dengan
gejala-gejala :
- rasa sakit di regio tersebut
- pembengkakan
- mulut bau ( foeter exore )
- pembesaran limfe-node sub-mandibular.
2. Karies pada gigi tersebut :
Dengan gejala : pulpitis, abses alveolar
yang akut.
Hal yang sama dapat terjadi bila suatu gigi mendesak gigi tetangganya,
hal ini dapat menyebabkan terjadinya
periodontitis.
3. Pada penderita yang tidak
bergigi.
Rasa sakit ini dapat timbul karena penekanan
protesa sehingga terjadi perikoronitis.
4. Kadang-kadang dapat terjadi parastesi, neuralgia
pada bibir bawah, ini mungkin
disebabkan tekanan pada n.mandibularis.
Tekanan pada n.mandibularis dapat juga menyebabkan rasa
sakit pada Premolar dan Kaninus.
Pemeriksaan ekstra oral :
Kita perhatikan : 1. Apakah ada
pembengkakan.
2. Apakah ada pembesaran limfenode yang
kadang-kadang tidak
terasa sakit.
3. Adanya
parastesi.
Pemeriksaan intra oral :
Kita perhatikan : - keadaan
gigi, erupsi atau tidak
- Karies atau tidak, adanya
perikoronitis.
- Posisi gigi tetangga, hubungan dengan gigi
tetangga, ruang antara
gigi dengan
ramus ( pada molar tiga mandibula ).
Pemeriksaan Ro – foto : - dental
foto ( intra oral )
-
obligue
-
occlusal foto / bite-wing
CARA PENGAMBILAN :
1. Pengambilan secara intoto (
dalam keadaan utuh ).
Dengan cara membuang tulang yang menghalangi secukupnya, cara ini membutuhkan
pengambilan tulang yang lebih banyak dan menimbulkan trauma yang lebih besar, tetapi mengebor tulang
lebih mudah daripada mengebor gigi.
2. Pengambilan secara Inseparasi
:
Yaitu
gigi yang terpendam dibelah dan dikeluarkan sebagian-sebagian. Disini kita menseparir
gigi, misalnya kita pisahkan korona dari akar. Kalau akar lebih dari satu, maka
dipisahkan dan akar yang telah dipisah tersebut diambil satu-persatu. Tujuannya
memperkecil pengorbanan tulang.
Tapi harus diingat :
1. Menseparir gigi lebih sukar daripada
membuang tulang, sebab email keras daripada tulang.
2. Pada gigi vital, dimana gigi masih sehat
pada waktu menseparir gigi tersebut dimana pulpa terbuka dapat menimbulkan rasa
sakit walaupun lokal anestesinya berjalan baik.
Memilih
cara mana yang akan dilakukan tergantung daripada posisi gigi, keadaan
sekeliling gigi, misalnya banyak tulang yang menghalangi, relasi terhadap gigi
tetangga dan keadaan gigi tetangga. Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk
membuat rencana operasi, yaitu membuat Ro – foto yang baik dan tepat. Sebaiknya
dibuat dari 2 atau 3 jurusan misalnya ke arah oklusal dan samping.
Pada
Rontgen foto harus dapat dibaca :
- Posisi dari gigi terpendam dengan bentuk
dan besarnya gigi, relasinya dengan gigi
tetangga dan jaringan sekitarnya.
- Keadaan akar gigi misalnya jumlah,
panjang, besar kurva tura akar, juga harus dilihat ada tidaknya ankilosis,
hipersementosis dan bentuk akar.
- Banyak dan tebal tulang alveolar yang
merintangi gigi tersebut dilihat dari segala pihak, misalnya lingual atau
palatinal, labial dan bukal.
Komplikasi yang mungkin terjadi
setelah operasi :
-
Jahitan terbuka
-
Rasa sakit ini
adalah normal apabila terjadi sampai hari ke 5
Apabila
setelah hari ke 5 masih sangat sakit, kita khawatir terjadi “Dry Socket”
-
Pembengkakan lebih
kurang lima hari masih normal.
-
Bila nervus
terpotong terjadi parastesi yang lama pada seluruh daerah yang diinervasi
nervus tersebut.
Pada pengambilan Molar tiga yang kita khawatirkan yaitu
terkenanya atau Terpotongnya nervus
fasialis yang berakibat mulut pasien bisa menjadi merot (miring sebelah)
- Terlukanya bibir atau mukosa
mungkin oleh karena tang ekstraksi, raspatorium dan alat-alat lain yang
dipergunakan sehingga dapat terjadi inflamasi sekitar bibir dan mukosa mulut.
-
Pada waktu operasi
terjadi fraktur prosesus alveolaris.
-
Gigi tetangga dapat
menjadi :
--
gangren
-- nekrose
-- mobiliti ( goyah )
- Dapat
terjadi Osteomyelitis
- Dan
banyak lagi komplikasi lainnya, antara lain gigi yang dekat sinus
maksilaris.
Oleh karena itu kita harus hati-hati bekerja
MOLAR TIGA MANDIBULA TERPENDAM
Klasifikasi :
Perlu diketahui klasifikasi daripada
Molar Mandibula terpendam, supaya operator dapat memastikan atau membuat
rencana kerja sebelumnya dan dapat mengira-ngira kesulitan apa yang bakal
ditemuinya pada pengambilan gigi tersebut.
Menentukan klasifikasi suatu gigi
Molar tiga Mandibula terpendam dilakukan dengan bantuan Ro – foto dan posisi
gigi terpendam itu di tulang rahang. Ro – Foto yang diperlukan disini adalah :
Infra Oral Radiograf, Lateral Jaw Radiograf, Bite wing Radiograf dan Oklusal
Radiograf.
Klasifikasi
: menurut Pell & Gregory yang meliputi sebagian klasifikasi dari George B. Winter.
- Hubungan gigi dengan tepi ramus antara mendibula dan tepi
Distal Molar dua.
Klas I : Ada
cukup ruangan antara ramus dan batas distal Molar dua untuk
Lebar mesio distal Molar tiga.
Klas II : Ruangan antara distal Molar dua dan ramus lebih kecil daripada
lebar Mesio distal Molar tiga.
Klas III: Sebagian besar atau seluruh Molar tiga terletak di dalam ramus.
- Dalamnya Molar tiga terpendam di tulang Rahang.
Posisi
A : Bahagian tertinggi daripada gigi
terpendam terletak setinggi atau lebih
Tinggi dari pada dataran
oklusal gigi yang normal.
Posisi
B : Bagiantertinggi dari pada gigi
berada di bawah dataran oklusal tapi
Lebih tinggi dari pada serviks Molar
dua ( gigi tetangga ).
Posisi C : Bagian tertinggi dari pada gigi terpendam, berada di bawah garis
Serviks gigi Molar dua.
- Posisi Aksis memanjang dari pada gigi Molar tiga terhdap
aksis Molar dua :
- vertikal
- horizontal
- inverted ( terbalik / kaudal )
- mesio angular
- disto angular
- buko angular
- linguo angular
- Jumlah / keadaan akar :
- Berakar satu atau akarnya bersatu
- Berakar lebih satu.
Gigi terpendam ini dapat
diklasifikasikan lain berdasarkan :
a.
Angulasi dan
Posisi :
1.
vertikal
2.
horizontal
3.
transversal
4.
mesio angular
5.
disto angular
6.
posisi yang
menyamping
Misalnya : di dalam ramus, di
dalam angulus dan lain-lain.
b.
Keadaan erupsi :
Dapat
berupa : - erupsi penuh
- erupsi sebahagian
- tidak erupsi sama
sekali
- di bawah mukosa
- embedded (tertanam)
dalam tulang
c.
Jumlah/keadaan akar
:
-
gigi yang berakar satu
- gigi yang berakar dua
- gigi yang akarnya bersatu
- apakah keadaan akar
menguntungkan apa tidak
Jadi dalam klasifikasi ini semua
harus ditulis :
Misalnya : Klasifikasi : a. Disto
angular
b. erupsi +
c. V3 ( akar tiga )
- dan letak gigi seluruhnya terhadap tulang dan gigi tetangganya,
misalnya :
Jika Molar dua karies – kita
lihat gangren atau tidak, apakah bisa dirawat atau tidak karena ini dapat merubah cara
kerja kita.
Misal : Molar tiga angular – Molar dua perlu dicabut maka Molar dua
dicabut dan Molar tiga dibiarkan, Jika Molar dua dan Molar tiga karies, maka
sebaiknya kita cabut Molar dua dulu baru kemudian Molar tiga dicabut.
Disini kadang-kadang perlu pembukaan flep, tergantung banyaknya tulang
yang mengelilingi gigi
Karies sebelah distal Molar dua yang disebabkan oleh
tekanan kronis dari Molar tiga tersebut. Ini hanya dapat dilihat dengan Ro –
Foto. Molar dua dicabut dan Molar tiga diambil.
Perawatan
:
Anestesi
: dapat dengan anestesi lokal atau dengan anestesi umum.
Masing-masing anestesi ada keuntungannya, seperti
anestesi lokal, jarang ada pendarahan oleh karena kita memakai vaso-konstriktor.
Pada
general anestesi : tidak boleh menggunakan vasokonstriktor kecuali ada izin
dari ahli
anestesi.
Indikasi
untuk anestesi lokal / anestesi umum :
Lokal anestesi : Biasanya dilakukan pada
penderita yang mentalnya kuat dan keadaan umum baik atau normal.
Pada
penderita yang gelisah dan debil ( bodoh ) lebih baik kita gunakan anestesi
umum.
Teknik
operasi :
Yaitu
: 1. Membuat insisi untuk pembuatan flep
2. pengambilan tulang
3. pengambilan gigi
4. pembersihan luka
5. penutupan luka
ad.1.
Membuat insisi untuk pembuatan flep.
Telah kita pelajari lebih dahulu,
syarat-syarat buatan flep yang harus kita taati.
Syarat-syarat
flep :
1.
Harus membuka daerah
operasi yang jelas.
2.
insisi terletak pada
jaringan yang sehat.
3.
mempunyai dasar atau
basis cukup lebar sehingga pengaliran darah ke flep cukup baik.
Insisi :
a.
Di daerah distal
Molar dua sampai ke ramus insisi horizontal tegak lurus pada pinggir oklusal
tulang elveolar dan ramus.
b.
Dari distal Molar
dua kemudian insisi semi vertikal sebelah mesial Molar dua sampai ke forniks
kira-kira mencapai apeks Molar satu.
Setelah kedua insisi dibuat dengan baik sampai ke tulang
maka muko periosteal flep dibuka dengan raspatorium dan kemudian ditahan dengan
penarik pipi.
Setelah flep dibuka maka kelihatan tulang dan
kadang-kadang kita sudah dapat melihat giginya sebagian. Kita lakukan
pengambilan tulang yang menghalangi gigi tersebut.
Ad.2. Pengambilan tulang.
Bila
gigi terpendam seluruhnya dilapisi tulang, maka tulang dapat dibuang dengan bor
atau pahat. Bor dipakai yaitu : bor yang bulat dan tajam, ada yang menyukai
nomor 3 – 5 yaitu yang besar, apabila banyak tulang yang harus dibuang. Tetapi
kita juga harus menyediakan bor yang kecil untuk membuang tulang penghalang.
Sambil membor kita irigasi gunanya untuk mengurangi panas yang timbul waktu
mengebor. Supaya tidak terjadi nekrosa tulang.
- Apabila tulang menutupi gigi telah cukup dibuang,maka kita dapat
menggunakan bor, untuk membuang penghalang yang sedikit-sedikit dipakai bor
yang kecil.
-
Setelah pengambilan tulang cukup, maka kita coba mencongkel gigi keluar.
Yang
harus diperhatikan :
Tulang
bagian lingual tidak diambil, disini ada suatu modifikasi yaitu : Untuk
mempercepat pengambilannya dapat dibuat suatu muko-osteo-flep di sebelah
lingual (tidak dilakukan pada pengambilan dengan lokal anestesi) dan ini
dipergunakan bila gigi Molar tiga terpendam tersebut lebih mengarah ke lingual.
Dengan mengembalikan mukosanya maka tulangnya juga dikembalikan.
Pada muko osteo flep tidak ada
pengambilan tulang.
Ad.3. Pengambilan gigi
Dapat
dilakukan secara :
a.
Intoto ( utuh ) : kalau gigi
dikeluarkan secara bulat ( utuh ).
b.
Separasi ( terpisah ) : gigi dibelah dulu
baru dikeluarkan.
a.
I n t o t o :
Setelah tulang
yang mengililingi gigi tersebut kita ambil secukupnya maka kita harus mempunyai
cukup ruangan untuk dapat meletakkan elevator di bawah korona. Dengan
meletakkan elevator di bawah korona kita membuat gerakan yang mengungkit gigi
tersebut.
Kalau
gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang sedikit, maka kita harus mencari
bagian tulang mana yang masih menghalangi. Kita tidak boleh mencongkel gigi
dengan tenaga yang besar tetapi berusaha menggerakkan dengan tekanan yang
minimal. Jika tulang yang diambil telah cukup tetapi gigi belum mau keluar,
maka mungkin masih ada tulang atau akar gigi yang menghalangi.
Bila mahkota gigi terpendam belum bisa
digerakkan, dan terletak di bawah mahkota Molar dua sedang gigi tersebut akan
kita ambil dengan cara intoto, maka tulang distal Molar tiga kita ambil lebih
banyak sehingga Molar tiga dapat kita congkel ke arah distal. Cara atau teknik
kerja tergantung pada posisi gigi, keadaan gigi dan jaringan sekitarnya.
b. Cara in separasi.
Pada metode ini kita sedikit membuang tulang tetapi gigi yang
impaksi diambil dengan cara
membelah-belahnya (diambil sebagian-sebagian) Dalam keadaan ini kita tidak
perlu banyak membuang tulang bagian distal Molar tiga tersebut dan gigi diambil
sepotong-sepotong dengan elevator kemudian dikeluarkan dengan tang sisa akar.
Perlu diingat, jangan memaksa karena dapat
menyebabkan fraktur tulang rahang atau fraktur Molar dua.
Pada gigi Molar tiga posisi vertikal, biasanya membutuhkan pengambilan
tulang lebih banyak bila kita mengambil secara intoto.
Pada
posisi vertikal biasanya gigi dihalangi oleh ramus asendens mandibula.
Kita perhatikan 2 (dua) hal
:
1.
Apakah Molar tiga
ini dibiarkan dengan membuang tulang dan diharapkan tumbuh normal.
2.
Molar tiga diambil.
Hal pertama harus kita perhatikan
antagonisnya :
- apakah antagonisnya ada
- apakah antagonisnya berada pada
posisi yang baik
- apakah gigi ini dapat sempurna tumbuh mencapai oklusi normal, hal kita
lihat jarak ramus asendens dengan batas distal Molar dua.
Bila jarak tepi antara ramus dan dinding distal gigi
Molar dua tampak tidak cukup walau Molar tiga posisi vertikal, Molar tiga harus
diambil dan sebaiknya gigi antagonisnya Molar tiga maksila juga diambil.
Pada keadaan dimana tampak kurang sedikit saja maka lebih
lanjut melihat ke regio depan yaitu :
- Apakah
gigi front berjejal. Dalam hal ini kita bekerja sama dengan Bagian Ortodonsia
untuk pertimbangannya.
Misalnya :
Premolar
diambil, sehingga kita mempunyai tempat untuk Molar tiga tersebut juga dilihat
antagonisnya (mesio angular impaksi atau tidak)
- Bila Molar
tiga ini diambil kemungkinan berjejalnya gigi depan dapat tertolong.
Catatan :
Setelah
flep kita buka, pertimbangkan jumlah tulang yang akan dibuang. Bila pada
pengambilan intoto, pengambilan tulang akan terlalu banyak maka kita lakukan dengan
teknik in separasi saja.
Bila tulang terlalu banyak
diambil kemungkinan dapat merusak kanalis
Mandibularis.
ad.4. Pembersihan Luka :
Setelah
gigi dikeluarkan maka soket atau ruang bekas gigi harus betul-betul dibersihkan
dari sisa-sisa tulang bekas pemboran atau pemahatan. Folikel harus kita bersihkan atau buang. Folikel yang masih
tertinggal dapat menyebabkan kista residual.
Sisa
enamel organ harus dibersihkan untuk menghindari terjadinya kista Residual.
Tepi
tulang yang runcing harus kita haluskan dengan bor atau dengan “ bone file “
setelah itu rongga tersebut harus kita bersihkan dengan semprotan air garam
fisiologis 0,9 % supaya pecahan partikel-partikel tulang dapat keluar semua dan
ini dihisap dengan suktor.
Kemudian
alveolus dapat kita isi dengan :
- terragas ( drain )
- white head varnish
- vasenol
- bubuk sulfa
Ini
tergantung dari kemauan operator.
ad. 5. Perawatan pasca bedah :
Bila
sudah bersih, flep dikembalikan ke tempatnya dan dijahit.
Pada
pasien diberikan obat-obatan seperti :
- anti biotik
- analgetika
- anti inflamasi
- dapat diberi tambahan vitamin untuk
menaikkan daya tahan tubuh.
Pada pasien
diberi petunjuk tertulis yaitu : pasien tidak boleh berkumur-kumur selama 24 jam dan terus menerus menggigit
tampon.
Tampon harus
diganti dengan tangan yang bersih bila masih berdarah.
Pasien
harus istirahat yang cukup. Tampon
steril yang diletakkan pada daerah luka harus dibuang setelah setengah
jam oleh karena dapat menyebabkan terjadinya infeksi, dan bila perlu diganti
jika masih ada pendarahan maka harus
datang kembali ke rumah sakit.
Dan apabila terjadi pendarahan di rumah, maka sebaiknya
pasien tidur dengan kepala agak ditinggikan.
Bila
terjadi pendarahan maka dilakukan dengan cara :
- membersihkan luka
- mencari penyebab
- pemberian hemostatika.
Pada keesokan harinya pasien dapat berkumur-kumur dengan
obat kumur / air garam hangat, dianjurkan setiap habis makan.
Pasien
harus memakan makanan yang lunak dan bergizi. Pasien kembali kontrol setiap
hari sampai jahitan dibuka, luka dibersihkan dengan air garam fisiologi atau
aquadest kemudian diolesi iodine 1 – 3 % atau gentran. Setelah 5 hari jahitan
dibuka.
Komplikasi yang dapat terjadi
pada pengambilan Molar tiga mandibula terpendam yaitu :
1.
Fraktur rahang
2.
Perdarahan,
terlukanya arteri alveolaris inferior
3.
Bekerja tidak
bersih, dimana ada jaringan folikel masih tertinggal sehingga
Dapat terjadi kista yang dapat melanjut menjadi tumor.
4. Bekerja tidak bersih sehingga dapat
terjadi infeksi yang dapat melanjut jadi Osteomyelitis
5.
Trauma pada gigi Molar dua
Misalnya sewaktu kita mengebor, jaringan periodontal
Molar dua turut rusak walaupun tidak terjadi fraktur Molar dua. Setelah 1 – 3
bulan kemudian pasien datang kembali dengan gangren dan nekrose Molar dua
6. Terlukanya n. Alveolaris inferior sehingga
menyebabkan parastesi.
MOLAR TIGA MAKSILA TERPENDAM.
Gigi ini seperti halnya dengan Molar
tiga mandibularis, dapat juga mengalami impaksi.
Kita dapat membagi keadaan
impaksi ini atas 3 bagian yaitu :
I. Hubungan
atau relasi dalamnya gigi terpendam dalam tulang.
Klas a : Bahagian terendah korona Molar
tiga berada satu garis dengan dataran Oklusal Molar dua.
Klas b : Bahagian paling bawah korona Molar
tiga berada diantara dataran Oklusal dan garis servikal Molar dua.
Klas c : Bahagian paling bawah korona
Molar tiga berada di atas garis servikal Molar dua
II Berdasarkan posisi yaitu perbandingan
posisi aksis Molar tiga dengan aksis
Molar dua ini dapat berupa :
- Vertikal
- Horizontal
- Distoanguler
- Mesio angular
- Buko anguler
- Palato anguler
Mesio anguler yaitu korona menghadap ke
mesial.
Buko anguler yaitu korona menghadap ke
bukal dan sebagainya.
III. Hubungan dengan
sinus Maksilaris.
Yaitu : dekat atau jauhnya dari sinus
maksilaris.
SA :
artinya sinus Aproksimasi
NSA :
artinya No. Sinus Aproksimasi
Hal ini biasanya terjadi pada klas b dan
klas c.
Misalnya klas c :
- vertikal SA maksudnya :
- letak dalam
- posisi vertikal
- dekat sinus maksilaris
Gejala
klinis Molar tiga terpendam ini adalah :
1.
Menyebabkan tekanan pada Molar dua
2.
Menimbulkan karies pada Molar dua
3.
Menimbulkan kista pada Molar tiga
4.
Menimbulkan sinusitis
Teknik
pengambilan Molar tiga maksila
Banyak persamaan dengan Molar tiga mandibula, tetapi ada
perbedaan yang penting pada pengambilan Molar tiga maksila ini, yaitu adanya
faktor yang mempermudah dan faktor yang mempersulit pekerjaan dibandingkan
dengan pengambilan Molar tiga Mandibula
Faktor
yang mempermudah pekerjaan serta keuntungan.
1.
Gigi Molar tiga maksila biasanya tidak begitu menyimpang dari posisi normal.
2. Tulang disekitar gigi tidak begitu
padat, sehingga menyebabkan kemungkinan gigi tersebut lebih mudah dikeluarkan.
Dengan pembuangan tulang yang sedikit saja atau tanpa pembuangan tulang, kita
sudah dapat mencongkel gigi tersebut dan lebih mudah penyembuhannya, karena
aliran darahnya baik.
3.
Bentuk anatomis tulang rahang atas memungkinkan gigi digerakkan ke
arah distal tuber maksila lebih
fleksibel.
4. Penyembuhan luka lebih cepat karena :
- Suplai darah di daerah tersebut
baik
- Drainase daerah tersebut baik.
Faktor
yang mempersulit pekerjaan serta kerugian.
1.
gigi sukar dicapai.
Orientasi yang sukar itu mengharuskan kita
menggunakan kaca mulut.
2.
pengambilan Ro – foto sukar dilakukan
3. letaknya dekat sinus maksilaris,
sehingga bila kurang cermat pengambilannya,
dapat menyebabkan perforasi sinus maksilaris.
Mengingat hal-hal tersebut maka kita harus mengambil
langkah – langkah sebagai berikut:
1.
palpasi jaringan lunak dan jaringan keras. Bagaimana keadaan gigi tetangganya,
kita lakukan hal ini bersama – sama dengan
melihat Ro – foto.
2.
kita pelajari benar – benar dari Ro – foto gigi yang akan dicabut
- keadaan gigi tetangga
- keadaan jaringan sekitarnya, misalnya
keadaan tulang maksila.
- dekat tidaknya ke sinus maksilaris
- klasifikasi gigi terpendam
Anestesi
yang dipakai :
Pleksus
anestesi dan sub mukus infiltrasi anestesi. Sesuai dengan Molar tiga mandibula
maka cara pekerjaan pengambilan Molar tiga sebagai berikut :
1. Pembukaan
flep
Insisi di bagian oklusal tuber maksilaris yang berjalan ke anterior
kemudian melanjut ke bagian
bukal....lar dua dan dilanjutkan denagn insisi vertikal ke anterior di sebelah
bukal Molar satu. Setelah insisi selesai buka muko perios flep dan kemudian
flep dipegang denagn pinset chirurgis, untuk melihat gigi atau tulang maka
dipergunakan kaca mulut karena sukar dilihat langsung, disamping itu penerangan
harus cukup baik.
2. Pengambilan
Tulang
Pengambilan
tulang tidak begitu sukar oleh karena itu tuberositas maksila lebih poreus daripada tulang mandibula. Dengan
memakai pahat dan tokokan minimal saja
sudah putus atau dengan memakai bor juga lebih mudah membuangnya.
Pada pembuangan
tulang harus diperhatikan betul, jangan sampai bagian gigi atau tulang tertolak
masuk ke dalam sinus maksilaris. Tulang
yang dibuang adalah bagian bukal, oklusal, distal. Yang tidak boleh dibuang
adalah bagian palatinal.
3.
Pengeluaran gigi
Setelah gigi terpendam bebas dari tulang sekitarnya, kita harus membuat ruangan yang cukup bagi bein atau elevator
supaya dapat masuk diantara gigi dan tulang alveolus agar dapat menolak gigi ke
arah oklusal.
Pada waktu
mengeluarkan gigi, harus hati – hati jangan sampai gigi terlepas masuk ke dalam
kerongkongan, karena dapat mengganggu / menyumbat seluruh pernapasan.
Dengan
anestesi umum, lebih, mudah, karena kerongkongan sudah ditutup dengan kasa.
4. Pembersihan
luka
Setelah gigi keluar, maka dilakukan
penghalusan tulang alveolus yang tajam,
pembersihan soket dan sebagainya seperti pada pengambilan Molar tiga
mandibula.
5. Penutupan
luka
Flep dikembalikan dan dijahit.
Luka diberi tampon dan sebagainya, lihat
Molar tiga Mandibula.
Faktor
–faktor yang dapat menimbulkan komplikasi pada pengambilan gigi Molar tiga
maksilaris terpendam.
- Letaknya dekat dengan sinus maksilaris.
- Molar tiga terpendam ini letaknya dibawah atau dekat sekali
dengan akar Molar dua
- Kurvature akar tidak normal/ akar bengkok
- Adanya hipersementosa
- Dekatnya Molar tiga terpendam dengan prosesus zygomatikus
- Penebalan tulang yang luar biasa dan hal ini biasanya pada
pasien yang sudah tua ( tulang tidak elastis lagi ).
- Daerah operasi yang sukar dicapai, yaitu karena otot pipi
tebal.
KANINUS TERPENDAM
Pengambilan kaninus terpendam lebih
sukar dan memerlukan kemahiran lebih banyak dari pada Molar tiga terpendam
terlebih – lebih Kaninus yang terpendam dengan posisi horizontal dan palatinal
sehingga sangat mendekati sinus maksilaris.
Di samping
faktor etiologi yang berlaku untuk gigi terpendam pada umumnya pada gigi
kaninus terpendam ada lagi faktor – faktor khusus sebagai berikut :
1. Tulang palatum durum lebih besar
resistensinya daripada prosesus alveolaris dimana pada tahap erupsi terletak di
bagian palatinal.
2. Jaringan mukoperios yang menutupi bagian
anterior dari pada palatum, karena lebih sering mendapat tekanan kronis akibat
pengunyahan menjadi tebal, padat dan lebih erat melekat pada tulang
dibandingkan dengan jaringan lain sehingga daya resistensi untuk ditembus lebih
sukar daripada gigi lain.
3. Sebagaimana diketahui bahwa daya erupsi
gigi juga dipengaruhi oleh pembentukan akar. Pada kaninus daya erupsinya menjadi
berkurang pada waktu hampir mencapai oklusa dari prosesus alveolaris
dibandingkan dengan gigi lain, sebab
biasanya pada erupsi akar ggi kaninus sudah lebih sempurna terbentuk
daripada gigi yang lain, sehingga kemungkinan terpendamnya kaninus lebih besar
dari gigi lain.
4. Benih gigi Kaninus mempunyai jarak
terjauh di dalam tulang alveolar sebelum mencapai oklusal. Hal ini mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya impaksi atau malposisi, karena semakin dekat jarak
benih pada permukaan oklusal prosesus alveolaris, makin tipis kemungkinan gigi
untuk impaksi atau malposisi.
5. Semasa pembentukan gigi, korona kaninus
permanen terletak tepat disebelah palatinal dari apeks akar gigi kaninus
decidui. Hal ini akan mempengaruhi benih dari Kaninus permanen ini, dimana
persistensi gigi kaninus desidui dapat menimbulkan deviasi dari posisi dan arah
pada benih Kaninus permanen.
6. Hal lain seperti :
a. Resorpsi yang terlambat dari gigi
Kaninus desidui.
b. Kaninus permanen adalah gigi yang terakhir tumbuh pada stadium gigi
bercampur sehingga banyak hal yang kurang menguntungkan.
c. Kaninus permanen tumbuh diantara gigi permanennya yang sudah
beroklusi baik, sehingga ia harus berebut tempat dengan Molar dua permanen yang
pada waktu itu juga sedang erupsi.
d. Kaninus permanen diameternya jauh lebih besar dari pada diameter
Kaninus desidui sehingga membutuhkan tempat yang lebih banyak.
Hal –
hal tersebut di atas menyebabkan Kaninus adalah urutan ketiga terbanyak
mengalami impaksi atau malposisi.
Menurut Rohrer :
Kemungkinan
impaksi Kaninus maksila 20 kali lebih banyak terletak di palatinal dari pada di
bukal, frequensi lebih banyak dijumpai pada wanita dari pada pria. Dalam hal
ini mungkin karena tulang di sekitar kaninus pria lebih padat dari pada wanita.
Di mandibula frequensi di sebelah labial lebih besar dari pada di sebelah
lingual, karena benih terletak di labial.
KANINUS MAKSILA TERPENDAM
Menurut klasifikasi :
Acher dalam bukunya membuat
klasifikasi sebagai berikut :
Klas I : gigi berada di palatum
dapat dengan posisi :
a. horizontal
b. vertikal
c. semi vertikal
Klas II : gigi berada di bukal,
dapat dengan posisi :
a. horizontal
b. vertikal
c. semi vertikal
Klas III : gigi dengan posisi yang
melintang (inter – mediete position), korona di palatinal akarnya melalui atau
berada diantara akar gigi – gigi tetangga dan apeks berada di sebelah labial
atau bukal dimaksila atau sebaliknya.
Klas IV : gigi berada vertikal di prosesus
alveolaris di antara gigi insisivus dan
premolar.
Klas V : Impaksi Kaninus berada
pada edentolus ( rahang yang ompong ).
Indikasi pengambilan
Apabila
menimbulkan gejala – gejala yang tidak diinginkan, jadi sama halnya dengan
pengambilan gigi impaksi lainnya.
Kontra Indikasi
-
Apabila gigi Kaninus tersebut masih dapat dirawat dan dapat diimbangi ke oklusi
normal pengambilan sebaiknya setelah semua gigi permanen tumbuh (bukan pada gigi bercampur).
Perawatan :
Buat rencana kerja yaitu :
a. Ro - foto
Untuk ini kita pelajari :
-
klasifikasinya
-
hubungannya dengan
sinus maksilaris
-
relasinya dengan gigi
tetangga
-
kurvatura akar
b. Tentukan klasifikasi untuk
menentukan rencana kerja
c. Tentukan tipe flep yang akan
dibuat.
Faktor-faktor yang dapat
menimbulkan komplikasi :
a. Dekatnya korona atau akar gigi tersebut
dengan gigi tetangga seperti gigi premolar satu dan insisivus satu sehingga
dapat merusak gigi tersebut karena trauma.
b. Dekat gigi tersebut dengan sinus
maksilaris yang dapat menimbulkan perforasi sinus maksilaris atau komplikasi
selanjutnya.
c.
Sering akar kaninus bengkok atau hipersementose dan ini sulit kelihatan pada Ro-foto.
Pengambilannya :
Klas I impakasi : dari palatinal
karena kedudukannya dekat ke palatinal
Klas II impakasi : diambil dari labial atau bukal
Klas IIIimpakasi : diambil dari
arah korona atau oklusal
Misalnya :
Korona
sebelah labial diambil dari sebelah labial. Jika dapat diambil dari satu sisi
saja tapi jika tidak berhasil maka dilakukan pembukaan flep dari sebelah
palatinal.
Teknik
pengambilan dari palatinal :
1. Pembuatan flep dari palatum.
Insisi dapat kita lakukan dari pelekatan gingiva sepanjang gigi front
sampai ke regio Premolar dua. Pada insisi ini ada beberapa operator yang
memperhatikan foramen insisivum (tempat keluarnya n. Palatinalis) tetapi ada
juga operator yang tidak memperhatikannya. Kemudian flep ini dilepaskan dengan
raspatorium, terlihat tulang palatum dan kadang-kadang gigi sudah tampak (
kelihatan ).
2. Tulang yang mengelilingi sekitar mahkota
gigi diambil dengan bor atau chisel juga tulang-tulang yang menghalangi
diambil. Gigi kita jepit dengan tang sisa akar kemudian dikeluarkan.
3. Bersihkan luka dan jahit
dengan interupted suture pada posisi semula.
4. Beri tampon.
Untuk
menahan tampon pada luka maka dibuat :
a. Protesa ( base plate )
b. Dapat juga kita buat dari “ Self curing acrilic “ yang ditahan dengan
wiring yangdiikatkan pada gigi premolar kanan dan kiri, hal ini juga untuk
menjaga kebersihan luka operasi dan agar lebih cepat sembuh.
5. Perawatan pasca bedah
Beri obat-obatan analgetik, anti inflamasi
dan vitamin.
Setelah 2 hari pasien dikontrol dilakukan
pembersihan luka dan aplikasi gentian
Violet 1 – 2 %.
Setelah 5 – 7 hari jahitan dapat dibuka.
Teknik pengambilan dari labial.
Pada pembukaan flep, sudah dapat
dilihat sebahagian korona sehingga dengan membuang tulang sedikit, korona
kelihatan seluruhnya dan dengan gerakan sedikit gigi sudah dapat keluar. Yang
sukar adalah apabila letak gigi itu diantara dua akar yaitu akar gigi insisivus
dua dan akar gigi Premolar satu.
Disini
kita harus hati-hati bekerja, karena kita tidak boleh merusak jaringan
periodentum gigi tetangga.
Jadi
sedapat mungkin kita hanya sedikit membuang tulang dan sebaiknya jangan
membuang tulang aproksimal gigi tetangga.
Disini
sulit dilakukan pengambilan gigi dengan cara intoto.
Keterangan gambar : Pengambilan
Kaninus dari labial
1. Pembukaan flep
2. Pengambilan tulang
3. Pengambilan gigi dengan
elevator
4.
Bila gigi tidak dapat keluar, maka gigi diseparasi, korona dipisah dari radiks
dan diambil.
5. Pengambilan gigi
sebagian-sebagian.
Selanjutnya luka dibersihkan dan flep
dikembalikan lalu dijahit.
Teknik pengambilan gigi
Kaninus dengan posisi intermediate.
Contoh : Korona sebelah bukal
dan akar sebelah palatinal.
Bila
korona sebelah bukal seperti contoh di atas, kita condong mengambilnya dari
sebelah bukal, tetapi bila korona terletak di sebelah palatinal, kita condong
mengambilnya dari palatinal.
Dalam
keadaan ekstrim, dimana akar bengkok dan korona di sebelah bukal, maka kita
ambil dari dua arah kita lakukan apabila kita telah membuka tulang, karena
kadang-kadang dari sebelah bukal akar dapat diambil, kecuali bila akar bengkok
atau hipersementose.
Dapat
juga kita ambil secara separasi, akar dapat kita bebaskan, bila ujung dari akar
tidak terlalu bengkok ( ini semua diketahui waktu operasi,jadi tidak ada
rencana sebelumnya ).
KANINUS MANDIBULA TERPENDAM.
Kaninus mandibula terpendam biasanya
diambil dari sebelah labial karena letaknya lebih banyak ke labial dan jarang
atau hampir tidak pernah dari sebelah lingual.
Dalam
membuat flep dapat berbentuk :
- segitiga ( sering dibuat )
- trapesium ( jarang dibuat
karena kita takut mengenai ujung n. Alveolaris inferior yakni n. mentalis ).
Pada
pembuangan tulang kita harus hati-hati, jangan sampai mengenai foramen
mentalis. Bila gigi lebih ke distal pada pembuangan kita harus membebaskan
foramen mentalis. Pada pembuangan tulang ini, kita lihat arteri dan nervus dari
foramen mentalis dan ini kita ikuti.
Kita
bebaskan tulang bahagian bukal, setelah tulang bahagian bukal bebas maka nervus
bersama arteri kita keluarkan ( hanya dikeluarkan saja ) dari canalis
mandibularis.
Dengan
demikian pada pengambilan gigi kita tidak takut mengenai nervus dan arteri.
Kemudian kita membuang tulang di sekitar gigi tersebut.
Pada keadaan yang ekstrim misalnya impaksi
kaninus mandibula dengan adanya kista, bila dalam hal ini sewaktu
pengambilannya kita takut terjadi fraktur rahang, maka untuk ini gigi geligi
kita fiksasi terlebih dahulu, lalu kita ambil gigi impaksi bersama kista.
Maksud
difiksasi kalau terjadi fraktur rahang gigi geligi telah terfiksir.
Bila
letak gigi impaksi kaninus dekat basis mandibula, maka kita mengambilnya dari
ekstra oral dengan insisi pada basis mandibula.
PREMOLAR TERPENDAM.
Impaksi Premolar sering terjadi
karena pencabutan prematur dari gigi molar desidui. Dibanding gigi Premolar
satu lebih sering terjadi pada gigi Premolar dua oleh karena Premolar dua lebih
lama erupsinya.
PREMOLAR MANDIBULA TERPENDAM.
Impaksi pada Premolar mandibula
lebih sering mengarah ke lingual dari pada ke bukal, sedangkan pada maksila
lebih sering ke palatinal daripada ke bukal.
Letaknya
lebih sering vertikal, daya erupsinya lebih besar. Jika korona belum nampak di
rongga mulut dan gigi terletak di arkus dentalis maka pengambilan gigi diambil
dari bukal.
Dalam
memilih cara inseparasi atau cara intoto kita lihat tebal atau tidaknya tulang
sebelah bukal yang menutupi gigi.
Jika tulang sebelah bukal tebal,
kita ambil secara inseparasi dan harus hati-hati sebab antara Premolar satu dan
Premolar dua ada foramen mentalis.
Apabila
letak gigi lebih mengarah ke lingual maka kita mengambilnya dari sebelah
lingual ( bentuk flep segitiga, ahti-hati jangan sampai mengenai arterie
lingualis ).
Dari sebelah lingual tulang tidak
perlu terlalu banyak diambil, sebab biasanya gigi terletak di bawah mukosa.
PREMOLAR MAKSILA TERPENDAM
Pengamnbilannya
sesuai dengan gigi kanisus (bila letak gigi di sebelah platina1, diambil dari
platinal) dan sebagainya.
SUPERNUMERARY TEETH (gigi
berlebih)
Sering terjadi pada regio
insisivus-bentuk rudimen terkecil dan konus dengan akar yang kecil.
Bentuk peg-shaped :
Kebanyakan pada bagian palatinal
diantara gigi-gigi insisivus yaitu :
-
Antara Insisivus
satu dengan Insisivus satu disebut mesiodens.
-
Antara Insisivus
satu dengan Insisivus dua disebut laterodens.
Dapat dijumpai :
-
sendiri (single)
-
berganda (multiple)
Dapat
menyebabkan terganggunya pertumbuhan gigi permanen dan menybabkan diastema
(baik sentralis ataupun lateralis). Kadang-kadang dapat tumbuh bersatu dengan
Premolar atau Molar. Kadang-kadang kita jumpai Molar ke empat yang rudimenter
dan ini disebut disto Molar.
Bila
gigi berlebih ini sudah nampak , maka pengambilannya tak sukar
(
seperti pencabutan gigi saja ).
Yang
sukar adalah bila letaknya di dalam tulang seluruhnya. Bila tidak mengganggu
gigi lain maka dapat kita biarkan, biasanya tidak menyebabkan rasa sakit dan
dapat tumbuh di palatinal.
Keluhan yang dapat ditimbulkannya
adalah maloklusi (hasil konsultasi
dengan bagian orto) dan karies.
Pengambilan
biasanya dari palatinal, bila terletak di palatinal dan diambil dari bukal bila
terletak di bukal.
Bila
mesio dens itu terletak dekat foramen insivum, n. insisivum dapat rusak dan
akan terjadi pati rasa di palatum (ini harus diberi tahu terlebih dahulu pada
pasien).
Kadang-kadang timbul kesukaran pada
posisi “ intermediate “, maka kita dapat mengambilnya dari labial dan harus
hati-hati jangan sampai merusak akar gigi Insisivus.
Indikasi untuk pengambilan
gigi berlebih.
Pada
anak-anak umur 7 – 8 tahun, gigi front tumbuh jarang (diastema) dan biasanya
dapat berkonsultasi dahulu dengan ortodontist.
Pengambilan mesio dens ini sebaiknya
ditunggu sampai gigi insisivus telah sempurna pertumbuhannya karena dapat
mengganggu pertumbuhan gigi tersebut.
KOMPLIKASI-KOMPLIKASI YANG
DAPAT TERJADI PADA PENGAMBILAN GIGI TERPENDAM DI RAHANG ATAS.
1. Terbukanya jahitan
2. Parastesi
3. Rasa
sakit adalah hal yang normal bila rasa sakit itu berlangsung + 3 hari
Bila rasa sakit ini timbul setelah 3 hari maka
dikhawatirkan terjadi “ Dry socket “.
4.
Pembengkakan
5. Parastesi regio yang
diinervasi nervus (nervus terpotong parastesi berlangsung lama ).
6.
Bibir, mukosa mulut terluka oleh gesekan dari alat retraksi mulut.
7. Kerusakan pada mukosa, misalnya waktu
jahitan terbuka dan terjadi inflamasi
sekitarnya.
8.
Fraktur pada prosesus alveolaris.
9.
Molar dua yang terkena trauma sehingga dapat menjadi :
- gangren
- nekrose
- goyang
10.
Osteomyelitis
11.
Perforasi sinus biasanya pada gigi-gigi C & P atas
12.
Masuknya gigi terpendam ke dalam sinus maksilaris
13.
Pada pengmbilan kaninus terjadi patahnya insisivus dua atau Premolar satu.
Motto : bekerja atraumatis
Bekerja asepsis.
IMPAKSI
JARINGAN LUNAK ( SOFT TISSUE IMPACTION )
Gigi yang impaksi itu berada di
bawah jaringan lunak ( mukosa ).
Kausa
: Oleh karena jaringan lunak yang meliputi prosesus alveolaris dimana gigi
tersebut berada tebal dan sangat kenyal sehingga daya erupsi daripada gigi
tidak dapat menembusnya.
Ini
dapat terjadi misalnya pada seseorang yang telah kehilangan gigi Molar satu
Molar dua atau Premolar, sehingga dalam waktu lama ia mengunyah di atas gusi,
yang oleh karena trauma yang kronis setiap pengunyahan, menjadi tebal dan ini menyebabkan
gigi Molar tiga tersebut sukar erupsi.
Kita
membuang sebagian dari pada mukosa di sekeliling oklusal gigi sehingga
kelihatan. Kemudian kita bersihkan dan mukosa sekeliling korona diambil
seluruhnya.
Biasanya
dalam waktu 1 minggu kemudian gigi telah erupsi.
Perawatannya
:
Membuang jaringan lunak sekitar
oklusal atau insisal korona gigi dengan eksisi.
Anestesi
: Sub mukosa infiltrasi anestesi.
Kemudian
setelah dibersihkan , maka sekeliling korona kita beri “ Surgical pack “ agar
mukosa sekelilingnya tidak menutupinya kembali.
Apabila
perlu kita dapat membuang tulang sekitarnya dan 2 – 3 hari kemudian “surgical
pack” diambil.
1 comments:
Wah jlimet... tp saya kemarin bsru aja operasi impaksi kanan bawah intoto bius lokal...
seru jg melihat alat2 berat drg. Sp.KG. dan mendengar suara bgmn gigi bungsu saya di bor, gerinda, pahat, bor besar, linggis gigi dan lainnya.. he..he.. horor juga, tp lebih baek drpd saket gigi...
Post a Comment