Walaupun
banyak prosedur bedah mulut yang bisa dilakukan dengan aman di tempat praktek
dokter gigi, beberapa prosedur dan beberapa pasien tertentu membutuhkan
penanganan di rumah sakit, baik untuk pembedahan itu sendiri maupun untuk
keselamatan penderita. Pembedahan yang harus dilakukan di rumah sakit adalah
pembedahan yang membutuhkan kondisi asepsis yang sangat tinggi atau prosedur
pembedahan yang membutuhkan pemberian antibiotic secara intravena, misalnya graft
tulang dan kulit, penanganan infeksi parah, dan kasus-kasus yang membutuhkan
anestesi umum dalam jangka waktu lama. Pasien yang mengalami gangguan kesehatan
mungkin membutuhkan penanganan di rumah sakit, untuk prosedur yang relatif
minor. Keputusan untuk merawatinapkan pasien didasarkan atas penilaian
perorangan, dan biasanya dilakukan bersama dengan dokter umum yang merawat
pasien tersebut.
Penatalaksanaan
pasien bedah oromaksilofasial tidak jauh berbeda dengan penatalaksanaan pasien
bedah pada umumnya, yaitu terdiri dari tahap pre-operative (sebelum operasi), operative
(saat operasi), dan post-operative (sesudah operasi).
A. TAHAP PRE-OPERATIVE (SEBELUM OPERASI)
Pada tahap ini, terdapat beberapa persiapan yang harus
dilakukan. Baik persiapan pada pasien, operator, dan peralatan serta ruang
operasi. Persiapan yang matang dan baik akan mengurangi resiko kegagalan
operasi ataupun komplikasi yang bisa terjadi setelah operasi selesai dilakukan.
v PERSIAPAN PASIEN
Persiapan pada pasien sebelum operasi
meliputi : anamnesa, pemeriksaan riwayat dan fisik, hasil laboratorium dan
radiografi, pemeriksaan temperatur/tekanan/pernapasan, diet, antibiotik
profilaksis, sedasi, izin operasi, dan konsultasi.
Anamnesa
Anamnesa pada pasien
sangat penting dalam menentukan penyakit pasien. Karena pada saat anamnesa kita
dapat mengetahui berbagai macam hal yang menyangkut penyakit pasien. Hal-hal
yang ditanyakan pada pasien saat anamnesa yaitu nama dan alamat pasien, keluhan
utama, keluhan sampingan, sejarah gigi sebelumnya, sejarah pengobatan, dan
sejarah penyakit dalam keluarga, serta status sosial pasien tersebut.
Pemeriksaan riwayat
dan fisik
Semua pasien harus
menjalani pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit yang lengkap sebelum
pembedahan atau dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk ke rumah sakit.
Pemeriksaan fisik dilakukan oleh seorang dokter umum, kecuali apabila dokter
gigi, yang dengan pelatihan dan bukti kemampuannya, memiliki hak-hak khusus
melakukan hal ini. Tapi dalam prakteknya, riwayat penyakit biasanya diperiksa
oleh dokter gigi, dengan dokter yang terlibat dalam perawatan tersebut
menandatanganinya. Hasil pemeriksaan riwayat dan fisik ini dicatat dalam suatu
bagan, yang biasanya merupakan catatan awal dalam catatan perawatan pasien.
Formulir pemeriksaan riwayat dan fisik ini diakhiri dengan kesimpulan satu atau
lebih diagnosis dan pernyataan singkat tentang rencana perawatan. Kadang, hasil
pemeriksaan fisik atau riwayat menunjukkan diperlukannya satu konsultasi, yang
juga dicatat sebagai bagian dari rencana perawatan.
Pemeriksaan fisik pasien
bedah oromaksilofasial meliputi pemeriksaan ekstra-oral dan intra-oral.
Pemeriksaan ekstra-oral
dimulai dengan rabaan pada muka termasuk rahang bawah, rahang atas, kemudian
mencatat tentang segala kelainan seperti ketidaksamaan antara kiri dan kanan,
atau kelumpuhan dari otot-otot muka. Pergerakan mata dan reaksi-reaksi pupil
diamati bersama-sama dengan beberapa kesukaran di saat bernapas. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan pada sendi temporomandibular, sinus-sinus rahang, limphonodus,
dan bibir.
Pemeriksaan intra-oral
meliputi pemeriksaan pada selaput mukosa, lidah, tonsil, faring, jaringan
periodontal, gigi geligi, edentulous ridge, dan oklusi.
Hasil laboratorium
dan radiografi
Hasil pemeriksaan
laboratoris dan foto sinar-X sangat penting untuk menunjang hasil pemeriksaan
fisik dan dapat mempertegas diagnosis sementara yang sudah ditentukan
sebelumnya, sehingga akan berpengaruh juga terhadap rencana perawatan.
Hasil pemeriksaan
laboratoris dan foto sinar-X ditambahkan dalam bagan dan merupakan catatan
permanen dalam pelayanan kesehatan.
Pemeriksaan
temperatur/tekanan/pernapasan
Sebelum dilakukan
pembedahan, setiap pasien wajib dicatat temperatur, tekanan darah, dan
pernapasannya secara teratur untuk mengatahui perkembangan keadaan pasien
menjelang operasi. Sehingga jika terdapat kelainan dapat segera diatasi dan
kembali dipersiapkan untuk menjalani operasi.
Diet
Pasien yang akan dioperasi
sebelum dilakukan anestesi harus menjaga pola makannya. Jika pasien yang akan
dioperasi kekurangan kekuatannya, maka harus diberi minuman glukosa sebelum
injeksi anestesi dilakukan. Tetapi jika yang dilakukan adalah general anestesi,
maka pasien disarankan untuk berpuasa pada saat malam (apabila operasi akan
dilakukan pada pagi hari). Atau tidak boleh makan selama 4-6 jam sebelum
operasi.
Antibiotik
profilaksis
Meskipun trauma rongga
mulut yang ringan misalnya akibat makan, sikat gigi, dapat menyebabkan
bakteriemia, risiko yang benar-benar merupakan ancaman bagi pasien adalah bila
keutuhan mukosa terputus dan ada perdarahan saat operasi dilakukan. Untuk
mengurangi ancaman bakteriemia, digunakan antibiotik profilaktik pada pasien
yang mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh pada kondisi-kondisi yang
mudah mengalami serangan infeksi.
Pasien dengan kelainan
jantung merupakan kasus terbanyak, cenderung memerlukan perhatian yang lebih
banyak. Termasuk dalam kelompok tersebut adalah pasien dengan penyakit jantung
congenital, penyakit katup jantung, atau riwayat pernah terserang demam rematik.
Terapi antibiotik profilaktik pada pasien-pasien tersebut diarahkan untuk
pencegahan endokarditis bakterial subakut.
Kondisi-kondisi yang
memerlukan terapi antibiotik profilaktik selain penderita kelainan jantung
adalah para penderita AIDS, pecandu alkohol kronis, pasien yang menerima
pengobatan antineoplastik atau imunosupresan, pasien sesudah dilakukan
transplantasi organ, pasien dengan protesa atau sendi implant, dan pasien
penderita diabetes tidak terkontrol.
Sedasi
Kecemasan dan ketakutan
paling sering ditemukan pada pasien-pasien bedah oromaksilofasial. Perasaan ini
selalu ada dengan derajat dan manifestasi yang berbeda-beda. Ketakutan bisa
berkisar antara ketakutan normal sampai dengan kehilangan kontrol total,
sedangkan gejala yang ditunjukkan mulai dari banyak bicara, tangan gemetar,
sampai dengan histeria dan syok. Oleh karena itu cara mengatasinya tergantung
situasinya. Pada kebanyakan kasus, kontrol kecemasan yang memadai bisa didapat
dari sikap operator yaitu menujukkan ketenangan dan kepercayaan diri, serta
menunjukkan watak yang baik hati, sabar, dan menentramkan hati. Apabila
tindakan-tindakan tersebut dianggap masih kurang memadai atau apabila ada
situasi yang khusus, misalnya gangguan jantung atau hipertensi, maka diperlukan
sedasi oral atau inhalasi oksida nitrous oksigen. Keamanan, keterampilan atau
pengalaman dan keterbatasan yang disebabkan karena tuduhan malpraktik secara
efektif membatasi pemakaian sedasi pra-bedah melalui rute tersebut.
Obat-obatan yang digunakan
untuk pramedikasi oral meliputi narkotik, antihistamin, obat-obatan anxiolytic,
misalnya benzodiazepine. Kecemasan yang ringan bisa diatasi dengan obat-obatan
tersebut. Walaupun sulit untuk menentukan dosisnya pada satu kunjungan, kadar
dosis dapat dinaikkan atau diturunkan pada kunjungan berikutnya, apabila
dibutuhkan untuk mendapatkan aksi optimal. Untuk meningkatkan efektivitas, obat
yang dimaksud diberikan pada sore hari sebelum dilakukan pembedahan. Kemudian
diulang lagi 1-2 jam sebelum prosedur pembedahan dengan dosis yang sedikit
dikurangi. Untuk itu wajib diketahui sifat-sifat farmakologis obat yang
digunakan, misalnya waktu timbulnya aksi, cara kerjanya, durasi, metabolisme,
ekskresi, dan efek sampingnya.
Izin operasi
Formulir persetujuan
tertulis harus didapatkan sebelum melakukan suatu prosedur. Agar efektif,
persetujuan dikemukakan lebih sebagai sebagai suatu konseling sebelum
pelaksanaan operasi, dan bukan sekedar tindakan pelengkap administrative.
Alasan harus dilakukannya operasi, sifat operasi, hasil yang diperkirakan, dan
komplikasi yang mungkin timbul harus dijelaskan secara lengkap dan terus terang
kepada pasien atau orang yang akan menandatangani persetujuan tertulis
tersebut. Orang-orang yang terlibat diberikan kesempatan untuk bertanya tentang
prosedur atau segi-segi yang terkait. Ketidakrincian persetujuan yang
dimintakan akan melemahkan segi hukum nantinya. Orangtua, kerabat, atau wali
sah pasien harus memberikan persetujuan untuk pasien yang tidak bisa memberikan
persetujuan sendiri, yaitu anak-anak, penderita kelainan mental, dan pasien
yang tidak sadar. Penandatanganan persetujuan harus disaksikan oleh orang lain
selain ahli atau dokter bedah yang akan melakukan operasi. Formulir persetujuan
disertakan sebagai dokumen tetap dalam catatan medis.
Konsultasi
Ada beberapa pasien dengan
kondisi tertentu yang mengharuskan seorang dokter gigi (dalam hal ini dokter
bedah mulut) melakukan konsultasi kepada seorang dokter ahli atau spesialis,
baik seorang haematologist, dokter spesialis penyakit dalam, ataupun dokter
spesialis jantung. Pasien-pasien ini disebut pasien resiko tinggi, yaitu
pasien-pasien yang menderita penyakit kardiovaskular, penyakit pulmonal,
kelainan neurologis, disfungsi endokrin, kelainan koagulasi darah, anemia,
penyakit ginjal dan transplantasi, alergi, serta kehamilan.
Konsep konsultasi atau
berbagi tanggung jawab untuk penatalaksanaan pasien merupakan hal yang sangat
penting bagi dokter gigi. Konsultasi biasanya harus segera dilakukan, yaitu
pada hari diajukannya permintaan. Permohonan konsultasi menyatakan semua
penemuan yang pasti dan alasan utama dari pengajuan permohonan konsultasi atau
bantuan tersebut. Jawaban dari konsultan idealnya singkat dan langsung pada
sasaran, yaitu secara detail menjawab alasan utama permohonan tersebut. Konsultan
dapat memberikan persetujuan terhadap perubahan cara penanganan, dan
kadang-kadang menawarkan ikut memantau keadaan pasien.
v PERSIAPAN OPERATOR DAN PERALATAN
Persiapan operator
Sebelum memasuki ruang bedah, ahli
bedah melepas pakaian luar dan memakai pakaian bedah yang steril, termasuk
penutup sepatu dan penutup kepala. Ruang steril atau substeril terletak
berdekatan dengan ruang bedah. Ruangan tersebut dilengkapi dengan masker, sikat
dan bak penyikat dengan wadah sabun dan air yang dikontrol menggunakan kaki
atau lutut. Ahli bedah memasang masker dan pelindung mata dan menyesuaikannya
agar tidak mengganggu. Kemudian dilakukan penyikatan pada kedua tangan selama 5
sampai 10 menit untuk mengurangi bakteri sekecil mungkin sebelum mengenakan
sarung tangan. Dengan menggunakan sabun bedah atau sabun antibakteri dan sikat
steril, tangan serta lengan bawah disikat hingga mencapai tepat di atas siku.
Setelah penyabunan, tangan dan lengan dibilas hingga air menetes dari siku.
Kuku jari tangan dibersihkan menggunakan kikir kuku di bawah guyuran air.
Persiapan peralatan
Alat-alat yang akan digunakan pada
operasi disterilkan lalu disusun di tempat yang steril di dalam kamar operasi.
Sterilisasi alat bertujuan membunuh semua mikroorganisme. Tehnik sterilisasi
yang digunakan yaitu dengan menggunakan autoclave atau tekanan uap, juga
menggunakan metode kimia dan fisika yaitu pemanasan basah, pemanasan kering,
serta radiasi gamma (digunakan dalam perdagangan untuk sterilisasi alat yang
dipaketkan seperti scalp blades). Sterilisasi dengan cara perebusan sudah
jarang digunakan karena hanya sebagai desinfectan dan tidak membunuh organisme
spora.
v PERSIAPAN RUANG OPERASI
Ruang operasi di rumah sakit umumnya
dibuat dengan design yang simpel, dinding dan furniture dari bahan yang mudah
dibersihkan dan peralatan yang biasa digunakan sudah tersusun rapi. Ruangan
dengan ventilasi dan suhu ruangan dijaga tetap 18-21° C, tetapi ruangan jangan
lembab. Ruang operasi di rumah sakit harus menggunakan AC untuk mencegah
kontaminasi dari luar. Di sebelah ruang operasi seharusnya terdapat ruang
perawatan dengan staf perawat yang berpengalaman dimana pasien diletakkan pada
tempat tidur yang bisa didorong sehingga jika terjadi sesuatu langsung bisa
dibawa ke ruang operasi. Sinar yang digunakan menghasilkan penerangan yang
adekuat tanpa menghasilkan panas dan sinarnya mudah diarahkan ke dalam mulut.
Di kepala handpiece juga terdapat sinar sehingga operator dengan mudah dapat
melihat palatum, cavitas seperti kista atau antrum.
Radiographic viewing box
Diletakkan di depan meja operator
sehingga dokter dapat melihat hasilnya tanpa pindah dari meja operator. Dengan
menggunakan cahaya, titik dapat menunjukkan hasil roentgen pada pasien.
Dental engine
Dental engine yang digunakan adalah
berupa sterilisable surgical motors and
handpiece. Untuk membersihkan dan mempercepat pemotongan tulang tanpa panas
yang berlebihan, digunakan bur yang telah dicuci dengan air steril mengalir
secara terus menerus.
Peralatan elektrik
Peralatan elektrik di ruang operasi
harus dipastikan dalam keadaan baik dan dapat bekerja secara maksimal. Periksa
kembali apakah kabel-kabel sudah tersambung seluruhnya agar tidak terjadi
kesalahan fatal saat operasi akibat ada suatu alat yang ternyata tidak bekerja
karena tidak tersambung dengan listrik. Periksa pula seluruh selubung kabel,
jangan sampai ada yang terbuka dan mengakibatkan korsleting atau bahkan ledakan
di dalam ruang operasi.
Lasers
Laser modern memberikan hasil yang
baik untuk diseksi jaringan lunak. Sel pada daerah yang dipotong diuapkan
dengan hanya sedikit kerusakan di bagian lain. Pada eksisi di dalam mulut
dengan laser, relatif menurunkan rasa sakit setelah operasi dan menurunkan
pembengkakan jaringan. Setiap individu di dalam ruang operasi seharusnya
mengenakan laser proof glasses untuk
melindungi mata selama penggunaan laser. Endotracheal tube juga harus
dilindungi untuk menghindari kebocoran, dan metal instrument harus dihindari
untuk menurunkan kemungkinan refleksi sinar.
B. Tahap operative (saat operasi)
Ø TIM OPERASI
Terdiri dari :
" Dokter bedah
Bertanggung jawab untuk mengidentifikasi pasien,
pelaksanaan operasi, dan keamanan untuk pasien saat operasi.
" Anaesthetist (tim anestesi)
Bertanggung jawab untuk anestesi pasien, memilih bahan
anestesi, meresepkan premedikasi, dan melakukan anestesi umum.
" Asisten dokter bedah
Harus berasal dari lulusan yang berkualitas atau
anggota dari staf perawat.
" Scrub nurse
Merupakan anggota dari tim sterilisasi operasi dan
bertanggung jawab memberikan peralatan yang digunakan, mempersiapkan penjahitan
dan melakukan tugas-tugas lain yang membutuhkan asisten yang berpakaian steril
dan memakai sarung tangan. Scrub nurse
seringkali berperan serta secara langsung dalam pembedahan, dengan melakukan
retraksi, mengirigasi, atau menjalankan peralatan suction (penyedot).
" Sirkulator
Adalah anggota tim nonsteril yang melengkapi tim
operasi dalam hal peralatan dan bahan-bahan yang tidak memungkinkan dilakukan
oleh tim steril. Sirkulator bertugas memasangkan lampu kepala dan menghubungkan
peralatan-peralatan tertentu seperti handpiece, gergaji, dermatom, dan kauter.
Ø ANESTESI
Anestesi yang digunakan dalam
bedah/operasi oromaksilofasial adalah anestesi local dan anestesi umum. Pada
anestesi umum digunakan alat bantu pernapasan yaitu endotracheal tube dan tim anestesi bertanggung jawab akan hal ini.
Biasanya terdapat hubungan khusus
antara ahli anestesi dengan ahli bedah mulut, yang berdasar atas pelatihan di
bagian oral dan maksilofasial secara khusus. Ahli anestesi bertanggung jawab
penuh dalam mempertahankan jalan napas selama pembedahan. Selain jalan napas,
kondisi pasien dikontrol lebih jauh secara intravena dan dengan peralatan
elektronik canggih untuk memantau tanda-tanda vital serta parameter fisiologis
lainnya.
Kode etik mengharuskan ahli bedah
untuk memberitahu ahli anestesi tentang semua obat yang disuntikkan (bahan
anestesi lokal dengan vasokonstriktor), komplikasi tertentu yang timbul,
misalnya kehilangan darah akut, dan perkiraan waktu penyelesaian prosedur. Ahli
anestesi juga bertanggung jawab atas pemberian cairan selama pelaksanaan
pembedahan dan dapat memilih antara pemberian darah atau plasma expander berdasarkan perhitungan kehilangan darah,
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratoris, atau kombinasi dari
faktor-faktor tersebut.
Ø PERSIAPAN DAN PENUTUPAN
Setelah penyikatan tangan selesai,
maka ahli bedah (operator) sudah dalam keadaan steril dan tidak diperkenankan
menurunkan tangannya di bawah batas pinggang atau menyentuh sesuatu kecuali
baju operasi dan sarung tangan yang steril. Dibutuhkan meja penyangga (mayo stand) yang tertutup kain steril,
di atasnya diletakkan sarung tangan, sabun, larutan saline, handuk, spons, dan
barang-barang lain yang dibutuhkan, yang kesemuanya steril, untuk mempermudah
penyiapan daerah operasi.
Rambut pada daerah pembedahan
biasanya dicukur sebelum pasien masuk ke ruang bedah karena tidak diperbolehkan
adanya rambut pada daerah bedah yang steril (kecuali alis mata). Petugas ruang
operasi mempersiapkan, menyelubungi, dan mengisolasi daerah yang akan dibedah
dengan handuk steril. Sabun bedah dicairkan dengan saline steril, dan pada
wadah cairan tersebut ditambahkan spons. Untuk prosedur yang dilakukan di
rongga mulut, muka bagian bawah dan daerah servikal atas pertama-tama digosok.
Setelah member tahu tim anestesi, anggota tim bedah menyedot cairan rongga
mulut dan faring, lalu memasukkan throat
pack (biasanya berupa vaginal pack yang basah). Rongga mulut kemudian
digosok dengan kuat. Irigasi saline dan penyedotan juga bisa digunakan.
Daerah pembedahan ditutup oleh
seorang anggota tim bedah yang telah menggunakan gaun dan sarung tangan bedah.
Langkah awal, daerah operasi diisolir dengan menggunakan handuk, kain atau
kertas steril. Bila operasi yang dilakukan terbatas pada prosedur di rongga
mulut saja, seringkali hanya mulut yang dibiarkan terbuka. Kemudian ditempatkan
kertas penutup sepanjang tubuh dengan ujung terpisah, diikuti oleh penutup
kepala berukuran pendek. Kertas penutup seringkali dilengkapi dengan tepi
berperekat, sehingga mempermudah stabilisasinya. Kadang digunakan penutup
plastik, opak, bila akan dilakukan insisi kulit. Penutup dapat diberi
stabilisasi tambahan menggunakan penjepit handuk atau dengan cara menjahitnya
ke kulit di bawahnya. Bila dibawah penutup merupakan bagian mata, mata harus
dilindungi dengan salep mata dan merekatkan pelupuk mata untuk mencegah abrasi
kornea.
Ø GAUN DAN SARUNG TANGAN BEDAH
Operator bisa memakai sendiri gaun
bedah atau dengan dibantu oleh scrub
nurse, demikian juga dengan pemakaian sarung tangan. Tangan dikeringkan
menggunakan handuk dengan bantuan scrub
nurse atau diletakkan di dekat gaun. Gaun dari kertas saat ini merupakan
standar dan dipakai dengan bagian dalam menghadap keluar. Operator dapat
memakainya sendiri dengan cara memegang gaun dan memasukkan bagian lengan lebih
dahulu. Gaun bedah ini dikancingkan dengan bantuan sirkulator nonsteril.
Kemudian ahli bedah memakai sarung tangan seperti biasa.
Ø OPERASI
Semua anggota tim operasi harus
bekerja dengan posisi yang nyaman untuk menghindari kelelahan. Mulut pasien
dapat dibiarkan terbuka dengan menggunakan rubber
prop yang diletakkan diantara gigi molar. Untuk operasi dengan anestesi
lokal, rubber prop digunakan untuk
menenangkan otot dan sendi pasien. Untuk operasi dengan anestesi umum, mulut
tidak boleh dibuka dengan paksa karena akan mengakibatkan fraktur gigi dan
kerusakan TMJ. Tekanan intraoral di atas mental
protuberance akan membuka mulut dengan lembut dan dapat menggerakkan sendi.
Ø PERTIMBANGAN KHUSUS
Ada pertimbangan-pertimbangan khusus
dalam prosedur bedah mulut. Misalnya, kepala harus stabil. Keadaan ini dicapai
dengan menempatkan satu penyangga kepala berbentuk seperti donat (gulungan
spons) atau bantalan karet busa. Ahli bedah harus bisa melakukan operasi dari
kedua sisi wajah pasien, yang mengharuskan penempatan kedua lengan di atas meja
di bawah penutup. Untuk mendapatkan jalan masuk ke lambung, dimasukkan tabung
nasogaster, yang berfungsi untuk evakuasi isi lambung atau sebagai jalan
pemberian makanan nantinya. Meski tidak terbatas hanya pada prosedur bedah
mulut, kateter kandung kemih harus dipasang jika lama operasi diperkirakan
melebihi 3-4 jam.
C. Tahap post-operative (sesudah operasi)
S AKHIR PROSEDUR
Pada akhir pembedahan, ahli bedah
membuat catatan yang menegaskan bahwa semua rencana operasi sudah dilaksanakan dan
member tahu tim anestesi bahwa ia akan selesai. Ahli bedah kemudian memastikan
semua perdarahan telah dapat dikontrol dan memeriksa bahwa pack atau drain yang
tertinggal di mulut atau daerah yang luka berada pada tempatnya, juga memastikan
tidak ada alat-alat operasi dan kotoran yang tertinggal di dalam mulut pasien.
Dengan persetujuan tim anestesi, pack dapat dibuka dan debrid di lapisan
superficial dikeluarkan dari mulut.
Setelah itu, dipasang pembalut pada
luka operasi pasien dan penutup dilepas. Anggota tim steril melepas gaun bedah
terlebih dahulu, dan meletakkannya dalam keranjang yang telah disediakan.
Sarung tangan kemudian dilepas tanpa menyentuh bagian luar, permukaan operasi,
dan kemudian dibuang. Alat pemantau dilepas, selang iv dilepas, dan kantung
kateter urine (jika dipasang) dipindah ke kereta. Pasien dipindah ke kereta
dorong dengan ahli anestesi selalu berada di sebelah kepala pasien. Salah
seorang ahli bedah biasanya berdiri di bagian kaki pasien untuk membantu memindahkan
pasien ke ruang pemulihan.
S LAPORAN
Setelah pasien sampai pada ruang
pemulihan, ahli anestesi memberikan kepada perawat yang bertanggung jawab
terhadap pasien, catatan anestesi dan laporan lisan terperinci yang
menggambarkan kondisi pasien pada akhir pembedahan, yaitu meliputi tanda-tanda
vital, tingkat kesadaran, dan pertimbangan khusus lainnya. Perawatan di ruang
pemulihan dilakukan dengan menyediakan satu perawat khusus bagi satu pasien,
dan kemajuan pasien direkam secara cermat pada catatan perawat.
S PERAWATAN INTENSIF
Pasien yang telah sampai pada ruang
pemulihan dan sudah sadar harus segera diberi asupan makanan baik melalui infus
ataupun secara oral untuk menghindari muntah atau nausea. Nausea dapat
timbul setelah pasien menjalani anestesi umum dan ini dapat dikontrol dengan
penggunaan medikasi anti-emetik intravena seperti ondansteron atau intramuscular agen, prochlorperazine.
Pemberian terapi analgesik
post-operative sangat dianjurkan apabila bagian dari prosedur tersebut
diketahui dapat mengakibatkan rasa sakit. Contoh obat-obatan yang digunakan
untuk terapi analgesik post-operative adalah ibuprofen dan paracetamol.
Karena sifat prosedur yang dijalani,
lama operasi, atau komplikasi yang terjadi, atau karena kondisi pasien sangat
lemah, beberapa pasien ditempatkan pada ruang perawatan intensif (ICU) atau
ruang perawatan bedah intensif (SICU). Kemampuan pemantauan dan kelengkapan
petugas jaga dari fasilitas semacam ini memberikan pelayanan atau perawatan
maksimum yang terus menerus bagi pasien pasca bedah yang sangat lemah.
Sebagaimana di ruang pemulihan biasa, perawatan yang dilakukan adalah satu
perawat untuk satu pasien, dan pemantauan serta pengamatan dilakukan terus
menerus.
0 comments:
Post a Comment