BAB I
PENDAHULUAN
Radiografi ekstraoral merupakan seluruh proyeksi pemotretan regio orofacial dengan film diletakkan di luar mulut pasien. Pemotretan itu sendiri terdiri dari beberapa jenis, misalnya radiografi kepala, sefalometri, panoramic,radiografi maksila, radiografi mandibula, d.l.l yang memiliki indikasi tersendiri untuk setiap penggunaannya.
Oleh karena itu, akan dibahas berbagai macam pemotretan ekstra oral tersebut untuk mengetahui lebih dalam cara penggunaannya,teknik, indikasi, kontraindikasi, keuntungan, serta kerugian dari setiap jenis pemotretan.
BAB II
ISI
Pemeriksaan radiografik ekstra oral merupakan seluruh proyeksi pemotretan regio orofacial dengan film diletakkan di luar mulut pasien. Proyeksi-proyeksi pemotretan ekstra oral digunakan untuk memeriksa daerah yang tidak tercakup dalam foto intra oral, atau untuk melihat struktur fasial secara keseluruhan.
INDIKASI UMUM
Radiografi ekstra oral bukan merupakan pemeriksaan rutin yang harus dilakukan di Rumah Sakit atau Poliklinik Gigi yang besar. Oleh karena itu, dokter gigi harus melakukan pemeriksaan klinis yang cermat, sebelum merujuk pasien. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan radiografik adalah bahwa operator dapat dan kadang-kadang harus melakukan pemotretan dengan modifikasi teknik standar, terutama pada pasien khusus, yaitu :
Anak kecil atau orang tua yang kurang kooperatif
Peka terhadap refleks muntah
Sukar membuka mulut (trismus)
Keadaan kurang kesadaran atau pingsan
Tidak bisa menggerakkan tangan
VIP
Hipersalivasi
Menggunakan kursi roda
Hiperaktif
Selama tindakan operasi
Pemeriksaan ekstra oral adalah pemeriksaan yang sulit dan kompleks, karena menyangkut banyak faktor, yaitu : teknik pemotretan, pengetahuan pesawat Roentgen, serta penguasaan struktur anatomis rahang dan kepala.
INDIKASI PEMOTRETAN EKSTRA ORAL
1. Kelainan yang mencakup daerah luas, lebih dari 4 gigi di rahang atas atau bawah, misalnya Osteomyelitis atau abses yang mengenai gigi.
2. Kelainan yang berhubungan dengan struktur anatomi sekitarnya. Misalnya faktor maksial yang melibatkan tulang hidup atau kepala.
3. Periode gigi campuran yang memerlukan evaluasi gigi susu dan pertumbuhan gigi permanen secara keseluruhan.
4. Pasien khusus, misalnya pembukaan mulut terbatas, tingkat kesadaran kurang, kurang kooperatif, dll.
5. Perawatan orthodonsi (meratakan gigi).
KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN
1. Keuntungan
Foto radiografik ekstra oral dapat memperlihatkan lesi yang luas, dapat dilakukan pada pasien yang sulit, misalnya pasien dengan keterbatasan membuka mulut atau pasien operasi. Keuntungan lain adalah dapat memperlihatkan hubungan struktur anatomis dibandingkan dengan foto dental seluruh gigi yang memerlukan 14 film.
2. Kerugian
Foto radiografik ekstra oral adalah gambaran kurang jelas dan detail, proses pemotretan memerlukan waktu yang lama, lebih sulit, mahal, dan radiasi yang diterima pasien lebih besar dibandingkan satu foto dental. Selain itu, pemotretan tidak dilakukan di tempat praktek pribadi atau Puskesmas, tetapi harus dirujuk ke Rumah Sakit.
PERSIAPAN PEMOTRETAN EKSTRA ORAL
Pemotretan ekstra oral memerlukan persiapan sebaik mungkin, baik alat/pesawat, film, maupun pasien. Semua proyeksi pemotretan ekstra oral dilakukan menggunakan screen film dan intensifying screen yang sesuai.
A. Persiapan Film
Film boleh dimasukkan ke dalam kaset yang telah dibersihkan pada saat melakukan pemotretan atau beberapa jam sebelumnya (tapi tidak boleh dibiarkan lebih dari 24 jam di dalam kaset karena sensitif terhadap cahaya, panas, dan tekanan, sehingga dapat merusak film sebelum digunakan). Film Roentgen yang telah disinari, harus segera diproses di kamar gelap untuk memperoleh hasil yang baik.
Yang harus diperhatikan pada waktu memasukkan film ke dalam kaset antara lain :
• Hindari cahaya matahari atau sinar lainnya ke dalam kamar gelap melalui jendela, pintu, atau celah-celah lainnya dengan cara menutup rapat-rapat ruang kamar gelap. Dinding kamar gelap harus dilapisi timah hitam (Pb). Nyalakan lampu khusus (safe lamp) yang menggunakan filter.
• Ambil kaset yang kosong yang telah dibersihkan, kemudian ambil box berisi film dari dalam lemari, keluarkan film tersebut dan segera masukkan ke dalam kaset, dengan tangan kering dan bersih untuk menghindari noda-noda atau bercak-bercak pada film. Waktu memasukkan film ke dalam kaset, lembaran film tidak boleh tegak lurus dengan arah sinar safe lamp, karena gambar foto menjadi kabur. Periksalah letak film di dalam kaset sudah sempurna atau belum, kemudian kaset segera ditutup rapat.
• Box film dikembalikan ke dalam lemari, kemudian lemari film ditutup.
• Film yang sudah siap di dalam kaset, diletakkan pada kaset holder atau meja.
B. Persiapan identifikasi
Identifikasi pada film ekstra oral sangat penting, meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin , dan tempat pemotretan
Waktu pemotretan : tanggal, bulan, dan tahun
Nomor foto
R (kanan) atau L (kiri)
Ada 2 cara memberikan identifikasi :
1. Menggunakan huruf dan angka dari bahan radiopak, dengan cara menyusun dari kiri ke kanan sesuai dengan nama, tanggal, nomor dan lain-lain menurut keperluan, kemudian menggunakan isolasi untuk menempelkannya di permukaan kaset bagian depan.
2. Menggunakan ray printer atau patient name printer. Mula-mula identitas pasien diketik atau ditulis di formulir yang telah disediakan, kemudian di dalam kamar gelap, film yang sudah disinari sinar X dikeluarkan dari kaset dan bersama kertas identitas tadi dimasukkan ke dalam ray printer, tekan tombolnya, dan tulisan di formulir identitas terproyeksi ke film. Setelah diproses, maka identitas tersebut terlihat dengan jelas di fotonya.
C. Persiapan penderita
1. Penderita dipanggil masuk ke dalam ruangan foto, kemudian lakukan pengecekan identitas dan regio yang diperiksa.
2. Tentukan posisi penderita lebih dahulu, apakah berdiri tegak, duduk, berbaring dengan posisi telungkup atau telentang.
3. Bebaskan alat-alat logam yang dikenakan penderita, seperti : perhiasan, jepit rambut, gigi tiruan, alat orthodonsi lepasan, kacamata, dll.
4. Beritahukan pada penderita tentang hal yang akan dilakukan.
5. Atur posisi kepala pasien, dengan memperhatikan garis pedoman dasar antara lain : Garis Orbito Meatal (OML), garis inter pupil, bidang mid sagital (MSP), bidang Frankfurt Horison (FHP), dan bidang oklusi.
6. Operator harus memeriksa kembali apakah posisi penderita sudah benar atau siap untuk disinari (ekspose).
7. Berikan instruksi terakhir pada penderita : diam dan jangan bergerak selama penyinaran.
D. Persiapan pesawat
1. Pesawat harus dipersiapkan sebelum pemotretan.
2. Mula-mula operator menentukan kondisi sinar X yang dibutuhkan, dengan mengatur kilovoltage (kV), miliampere (mA), dan waktu (sec).
3. Kemudian arahkan kone (cone) dan jarak tube ke film (TFD) serta mengatur luas lapangan penyinaran/diafragma.
4. Setelah siap, operator menekan tombol ekspose, sambil memperhatikan pasien selama penyinaran.
TEKNIK RONTGEN EKSTRA ORAL
Foto Rontgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto Rontgen ekstra oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto Rontgen panoramik, sedangkan contoh foto Rontgen ekstra oral lainnya adalah foto lateral, foto antero posterior, foto postero anterior, foto cephalometri, proyeksi-Waters, proyeksi reverse-Towne, proyeksi Submentovertex.( Haring.
2000)
1. Teknik Rontgen Panoramik
Foto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma.
2. Teknik Lateral
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka. Teknik ini antara lain digunakan pada radiografi kepala, struktur anatomis sinus paranasal, radiografi maksila dan mandibula, radiografi sendi TMJ.
3. Teknik Postero Anterior
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini juga dapat memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis, fossanasalis, dan orbita. Teknik ini antara lain digunakan pada radiografi kepala,struktur anatomis sinus paranasal.
4. Teknik Cephalometri
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras.
5. Proyeksi Water’s
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatiko frontalis, dan rongga nasal.
6. Proyeksi Reverse-Towne
Foto Rontgen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding postero lateral pada maksila. Teknik ini antara lain digunakan pada radiografi sendi temporo mandibula.
7. Proyeksi Submentovertex
Foto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus zigomatikus. Teknik ini antara lain digunakan pada radiografi tulang zigomatik.
A. RADIOGRAFI KEPALA
A. FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM PEMOTRETAN :
1) Ukuran film yang digunakan
2) Penggunaan GRID / LISHOLM atau BUCKY
3) Pengaturan posisi kepala
4) Pengaturan arah sinar X pusat (CR = Central Ray)
5) Penentuan titik pusat sinar X (CP = Central Point)
6) Pengaturan jarak tube ke film (TFD = Tube-Film Distance)
7) Kondisi sinar X (kV, mA dan sec)
B. JENIS PROYEKSI YANG DIGUNAKAN PADA RADIOGRAFI KEPALA
1. PROYEKSI POSTERO-ANTERIOR (PA)
Posisi Kepala
Penderita dalam keadaan berdiri, duduk, atau tidur telungkup. Dahi dan hidung menempel pada kaset. Garis dari sudut mata ke meatus akustikus eksternus (orbito-meatal / OML) tegak lurus kaset. Posisi kepala simetris kiri dan kanan dengan bidang midsagital (MSP) tegak lurus di garis tengah film.
Arah CR dan CP
Arah sinar X pusat (CR) tegak lurus kaset, melalui MSP dengan titik pusat (CP) tepat di dasar hidung (ANS). Jarak tube ke film (TFD) 100cm. Kondisi sinr X : kV 100-120, mA 10, sec 1,5-2.
Penggunaan foto Postero-Anterior adalah untuk melihat ada tidaknya penyakit, trauma, dan kelainan-kelainan pertumbuhan. Proyeksi ini sangat baik untuk mendeteksi perubahan dalam arah mediolateral kepala. Selain itu juga dapat memperlihatkan struktur fasial lainnya seperti sinus frontal dan etmoidalis, fossa nasalis serta orbita.
2. PROYEKSI LATERAL
Posisi Kepala
Penderita dalam keadaan duduk / berdiri / berbaring dengan sisi yang diperiksa menempel pada kaset. MSP sejajar kaset. Garis interpupil tegak lurus kaset.
Posisi pasien pada proyeksi lateral
Arah CR dan CP
CR tegak lurus kaset, CP pada meatus akustikus eksternus (MAE), TFD 100cm, kondisi sinar X : kV 90-100, mA 10, dan sec 1,5.
Peranan foto lateral untuk melihat adanya kelainan di daerah kepala dan tulang-tulang muka, untuk melihat adanya trauma, penyakit/kelainan, atau kelainan pertumbuhan. Proyeksi ini memperlihatkan jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasalis, dan palatum keras. Di bidang orthodonsi, digunakan untuk melihat pertumbuhan fasial. Penggunaan lain adalah observasi pre dan pasca perawatan.
Kriteria Gambaran
• Seluruh cranium lateral batas atas vertex, batas belakang os occipital, batas depan soft tissue hidung
• Sella tursica tidak berotasi
• PCP & PCA , Dorsum sellae
• Ramus mandibula superposisi , Mastoid superposisi , MAE superposisi
B. PEMOTRETAN SEFALOMETRI
Sefalometri adalah radiografi yang distandarisasi dan reproducible, terutama dipergunakan di bidang orthodonsi dan orthognatic surgery. Sefalometri menggunakan sefalostat atau kraniostat untuk fiksasi kepala standar.Maksud standarisasi adalah untuk memperoleh foto dengan posisi yang selalu sama terutama untuk membandingkan foto sebelum, selama dan sesudah perawatan orthodonsi.
OPG dan Cephalogram
Dua proyeksi utama sefalometri :
1. True Cephalometric Lateral Skull
2. Cephalometric Postero-Anterior Rahang
PROYEKSI LATERAL SEFALOMETRI
Proyeksi ini paling umum digunakan di bidang orthodonsi/orthonagtic surgery, biasanya dilakukan dalam 3 tahap, masing-masing digunakan untuk :
1. Analisis diagnostic/Pra operasi ortho
2. Analisa selama perawatan
3. Analisa pasca perawatan/Pasca Operasi Ortho
Posisi Kepala
1. Pasien sebaiknya dalam posisi tegak atau duduk dengan kepala difiksasi pada sefalostat. Sisi kiri atau kanan menempel pada kaset yang diletakkan tegak lurus lantai.
2. MSP pasien sejajar kaset, jarak MSP ke film kira-kira 18 cm.
3. Kedua lubang telinga, tulang hidung, dan dahi difiksasi.
4. Pasien menggigit dalam keadaan sentrik oklusi (maksimum intercuspation)
5. Jarak tube ke film (TFD) untuk pesawat merk Asahi 1,52 meter.
6. Kondisi sinar X, kVp 100, mA 10 dan sec 2.
7. Ukuran film 24x30 cm menggunakan grid/lishelm.
8. Arah sinar X pusat tegak lurus dengan titik pusat sinar X pada MAE.
A. GUNA FOTO SEFALOMETRI :
Di bidang orthodonsi, dengan interpretasi atau “tracing” (penampakan) sefalogram untuk :
1. Mempelajari pertumbuhan kepala serial sefalogram yang dibuat dalam interval waktu tertentu dan diperbandingkan, maka dapat diketahui kecepatan dan arah pertumbuhan tulang muka serta pertumbuhan tulang rahang dan gigi.
2. Analisa diagnostic kelainan muka. Dengan menggunakan sefalogram dapat diketahui dengan jelas faktor-faktor apa yang menyebabkan maloklusi. Misalnya anomali, ketidakseimbangan pertumbuhan tulang muka, serta pertumbuhan rahang dan gigi.
3. Untuk mempelajari tipe fasial. Analisa sefalogram dapat menentukan tipe muka apakah konkaf, konveks, atau lurus. Tipe muka tergantung dari ras, misalnya ras negro berbeda dengan ras kaukasoid.
4. Untuk rencana perawatan orthodonsi dengan melakukan tracing (penampakan) sefalogram.
5. Untuk melihat hasil perwatakan yang telah dilakukan, dengan mempertimbangkan sefalogram sebelum dan sesudah perawatan.
6. Riset.
B. KETERBATASAN SEFALOMETRI
Kekurangan yang sering diperlihatkan suatu sefalogram :
A. Kesalahan pembuatan sefalogram
1. Posisi gigitan penderita
Kalau perlu harus dilatih untuk memperoleh oklusi yang benar. Biasanya waktu menggigit rahang bawah lebih sering maju ke depan sehingga tidak pada oklusi sentrik.
2. Penentuan kondisi sinar X
Kondisi sinar X yang terlalu besar akan menghasilkan foto yang lebih hitam. Kondisi sinar X yang lemah menghasilkan foto yang putih. Akibatnya struktur anatomi tidak jelas.
3. Proses pencucian di kamar gelap
Kesalahan pencucian kemungkinan foto terlalu hitam karena terlalu lama dalam developer (over developing time). Sebaliknya bila kurang lama, foto terlalu putih. Kesalahan pencucian menghasilkan foto mirip dengan kondisi sinar X yang terlalu besar atau terlalu lemah.
4. Distorsi sefalogram
Makin besar jarak sumber sinar X ke film, maka sinar X akan semakin sejajar, sehingga distorsi dan magnifikasinya makin kurang. Makin dekat jarak film terhadap objek yang akan difoto maka makin kurang pembesaran, karena sifat sinar X yang menyebar.
Untuk mengatasi pembesaran ini, maka film harus selalu terjadi pembesaran dan distorsi. Hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan teknik-teknik pemotretan yang baik.
B. Kesalahan tracking (penampakan)
Terjadi bila kurang keterampilan atau kurang pengetahuan kita tentang anatomi maupun landmark sefalogram. Hal ini bisa diatasi dengan latihan.
C. PEMOTRETAN PROFIL MUKA (JARINGAN LUNAK)
Pemotretan untuk jaringan lunak muka ini prinsip dasarnya sama dengan sefalometri radiografi proyeksi lateral. Pemotretan ini ditujukan untuk tidak plastic surgery misalnya dagu, hidung, mata, dan bibir. Biasanya dilakukan dua kali pemotretan yaitu pre dan post operatif.
Perbedaan terletak pada kondisi sinar X yang digunakan. Umumnya kondisi sinar x untuk profil muka lebih rendah dibandingkan sefalometri untuk orthodonsi. Juga digunakan selempeng alumunium setebal 2 mm dengan lebar 5 cm di daerah tersebut agar pada hasil fotonya tampak jelas profil jaringan lunak muka.
Posisi Kepala
Sama dengan proyeksi lateral sefalometri penderita berdiri atau duduk. Kepala difiksasi pada sefalostat.
D. STRUKTUR ANATOMIS SINUS PARANASAL
Sinus paranasal terdiri dari :
• Sinus maksilaris
• Sinus frontalis
• Sinus etmoidalis
• Sinus sphenoidalis
Tiga jenis proyeksi yang sering digunakan :
1. Proyeksi Water’s (occipital mental, merupakan variasi dari PA)
2. Proyeksi Postero Anterior (PA)
3. Proyeksi Lateral
Menentukan proyeksi yang tepat sangat bergantung bagian mana yang akan diperiksa atau dicurigai mengalami kelainan.
1. PROYEKSI WATER’S
Biasanya disebut juga dengan occipital mental. Semula proyeksi ini ditujukan untuk sinus maksilaris. Namun demikian bagian posteriorantero yang paling belakang akan tumpang tindih dengan processus alveolaris gigi posterior, sehingga harus ditambahkan proyeksi lainnya.
Posisi Kepala
Posisi penderita pada pemotretan ini dalam keadaan berdiri, duduk, atau berbaring terlungkup, dengan dagu berdasar atau menempel pada kaset/meja. Kepala penderita diatur dengan dagu terletak pada garis tengah kaset, dan ujung hidung terletak pada titik pusat film. Jarak ujung hidung ke kaset/meja kira-kira 2,5 cm. garis orbita mental (OML) membentuk sudut 37-450 dengan kaset/meja, untuk menghindari tumpang tindih bagianpetroso tulang temporal yang pada, dengan bagian inferior sinus.
Arah CR dan CP
1. Arah sinar X pusat tepat tegak lurus terhadap kaset/meja, dengan titik pusat sinar X pada dasar hidung.
2. Jarak tube ke film (TFD) = 75-100 cm
3. Kondisi sinar X
Untuk pemotretan ini kondisi sinar lebih besar dari pemotretan kepala. Kondisi sinar X untuk orang dewasa kVp = 10 , mA = 15 dan sec = 2
4. Ukuran film yang digunakan : 24 x 30
5. Menggunakan grip
Guna Water’s Foto
Waters foto ini terutama untuk melihat sinus paranasal yaitu : sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus etmoidalis, sinus spheioidalis.
2. PROYEKSI POSTEROANTERIOR
Sama dengan proyeksi PA kepala, dengan titik sentral tepat pada ANS (ujung hidung) dan kondisi sinar X lebih kecil (70,10,1) ukuran film 18 x 24 cm.
3. PROYEKSI LATERAL SINUS
Sama dengan proyeksi lateral kepala, Perbedaannya : titik pusat sinar X pada pipi, kondisi sinar X (70,10,1) ukuran film 18 x 24 cm
E.RADIOLOGI TULANG ZIGOMATIK
Radiologi tulang zigomatik meliputi :
1. Proyeksi posteroanterior (pa)
2. Proyeksi semi aksial (fuch’s position)
3. Proyeksi semi aksial oblik (may position)
4. Proyeksi aksial (submento-vertex)
Dari keempat proyeksi tersebut,yang paling umum digunakan adalah proyeksi aksial.
Posisi Kepala Pada Proyeksi Axial (Submento-Vertex)
Penderita berbaring telentang. Dagu ditarik sejauh mungkin keatas. Bidang mid sagital tegak lurus kaset. Penderita dalam keadaan oklusi OML membentuk sudut 45° atau sejajar film yang diletakkan di belakang kepala.
Arah CR dan CP
1. Arah sinar X sentral : caudo-cranial, tegak lurus OML. Titik pusat sinar X, 2 cm dibawah dagu.
2. Kondisi sinar X : kVp = 70, mA = 10, dan Sec = 1.0 Menggunakan grid. Ukuran film 18 x 24, dan jarak tube – film (TFD) 75-100 cm.
3.
E. RADIOGRAFI MAKSILA
Dua proyeksi yang sering digunakan yaitu :
A. PROYEKSI POSTEROANTERIOR
1. Posisi kepala dengan proyeksi PA sinus paranasal
2. CR dan CP
3. Arahkan sinar X sentral tegak lurus kaset. Titik sentral sinar X tepat pada ujung hidung.
4. Kondisi sinar X : kvP= 7,5 , mA = 10, Sec = 1
5. TFD : jarak tube ke film 75 – 100 cm, ukuran film 18 x 24 cm, menggunakan grid atau lysholm.
B. PROYEKSI LATERAL
1. Posisi kepala, pasien dapat dalam keadaan berdiri, duduk, atau berbaring. Kepala dalam keadaan miring, dengan sisi yang akan diperiksa menempel pada kaset. Tulang hidung letaknya di tengah-tengah film. Penderita dalam keadaan oklusi. Posisi penderita ini sama seperti pada pemotretan sinus maksilaris lateral.
2. Arah sinar X tegak lurus kaset dan titik pusat sinar X tepat 2 cm di belakang ANS
3. Kondisi sinar X : kvP= 70 , mA = 10, Sec = 1. Menggunakan grid
4. Ukuran film 18 x 24 cm, jarak tube ke film 75 – 100 cm.
F. RADIOGRAFI MANDIBULA
Proyeksi pemotretan ekstraoral mandibula yang sering digunakan adalah
1. Proyeksi posteroanterior (pa-mandibula) dan
2. Proyeksi lateral oblik (eisler)
A. PROYEKSI POSTEROANTERIOR MANDIBULA
Posisi Kepala
Penderita dalam berbaring telungkup dengan hidung dan bibir menempel kaset. Mulut dibuka lebar, atau menggigit bite plastic, agar tidak tertutup kembali. Bibir di pertengahan film. Bidang mid-sagital plane (MSP) tegak lurus pertengahan film. OML membentuk sudut 10 derajat terhadap kaset.
1. CR tegak lurus dan CP melalui sudut mandibula
2. Kondisi sinar X : kVp = 70, mA = 10, dan Sec = 1.0
3. film 18 x 24 cm, menggunakan grid atau tidak dengan TFD 75 – 100 cm.
B. PROYEKSI LATERAL OBLIK ATAU EISLER
Posisi Kepala
1. Sisi mandibula yang diperiksa menempel pada kaset. MSP membentuk sudut 15 derajat posteroanterior. Dagu ditarik ke atas 15 derajat, untuk mencegah tumpang tindih dengan bahu. Garis interpupil tegak lurus kaset/film. Bidang oklusi terletak di pertengahan film.
2. CR 15-25° caudo_cranial, CP melalui corpus mandibula di region molar 1. TFD 50-75 cm, ukuran film 18 x 24 cm.
3. Kondisi sinar X : kVp = 60, mA = 10, dan Sec = 0.8. Proyeksi ini tidak menggunakan grid.
Guna Foto Eisler
Untuk melihat kelainan corpus, angulus dan ramus salah satu sisi mandibula (one side of mandible)
G.RADIOGRAFI SENDI TEMPOROMANDIBULA
Sendi temporo mandibula adalah salah satu daerah yang paling sulit dilihat secara radiografis. Pemotretan sendi temporo mandibula menggunakan beberapa proyeksi yaitu:
1. Lateral transkranial atau Up –degrave, memperlihatkan aspek lateral dari glenoid fossa, artikulare eminence, ruang sendi, dan kepala kondil.
2. Towne dan Reverse Towne, memperlihatkan dari arah lateral glenoid fossa, artikulare eminence, ruang sendi, kepala sendi, leher sendi ramus dan sekitarnya.
3. Panoramik: memperlihatkan dari arah lateral glenoid fossa, artikulare eminence, ruang sendi, kepala sendi, leher sendi ramus, dan sekitarnya.
A. PROYEKSI LATERAL TRANSKRANIAL ATAU UPDEGRAVE
Proyeksi ini merupakan standard pemotretan sendi temporomandibula. Pemotretan suatu persendian selalu dibuat kiri dan kanan untuk perbandingan. Pemotretan sendi temporo mandibula, dibuat kiri dengan tutup dan buka mulut. Dapat juga dilakukan dalam 3 keadaan : tutup/menggigit, istirahat/rest position dan buka mulut. Penentuan ini berdasarkan pada kasusnya masing-masing. Oleh karena lebih dari satu kali pemotretan masa film 24 x 30 cm harus dibagi dalam 4 atau 6 pemotretan.
Posisi Kepala Penderita
Kepala penderita diletakkan miring, satu sisi (sisi yg difoto) menempel kaset yang diletakkan diatas sebuah balok dengan sudut 25°. Diatas kaset diletakkan intensifying terlebih dahulu. MSP sejajar kaset. TMJ yang difoto diletakkan pada garis tegak screen film tersebut.
Arah Sinar Pusat
Tegak lurus kaset (bila kepala diletakkan pada dengan sudut 25°). CP pada TMJ yang difoto. Bila tidak menggunakan balok 25° maka sinar pusat 25 derajat cranio caudal.
Kondisi Sinar X
1. KV = 100, MA = 10 dan Sec = 1. TFD 50 cm atau ujung kone berjarak 5 cm dari kepala.
2. Proyeksi atau modefikasi proyeksi Updegrave, ialah program accurad 2000 dan condyray yang pada prinsipnya sama. Perbedaannya bahwa accurad 2000 letak film posisi kepala dan arah sinar X pusat telah dipasang pada alat. Film yang digunakan adalah film khusus 15 x 18 cm dibagi 4 atau 6 bagian, sedangkan condyray menggunakan condyray menggunakan film dental ukuran standard no.02.
B. PROYEKSI TOWNE DAN REVERSE TOWNE
B.1. Proyeksi Towne
Posisi Kepala Penderita
1. Penderita tidur dengan posisi telentang. MSP tegak lurus kaset tepat pertengahan kaset. Film letakkan memanjang dibelakang kepala penderita.
2. Arah sinar X pusat (CP), cranio caudal 30°. CP melalui TMJ
3. Jarak tube ke film dan kondisi sinar X
4. Jarak tube ke film kira kira 50cm. Kondisi sinar X : kV = 70, mA = 10 , Sec =1
5. Ukuran film 24 x 30 cm. Gunakan grid. Teknik ini yang terbaik untuk melihat leher kondyle. Misalnya fraktur leher kondyle.
B.2. Proyeksi Reverse Towne
1. Penderita tiduran dengan posisi telungkup.
2. Film dibagi depan/muka pasien. MSP tegak lurus kaset.
3. Arah sinar putar 30 derajat cauda cranial (berlawanan dengan proyeksi Towne).
4. CP melalui TMJ. TFD & kondisi SX, ukuran film sama seperti Towne.
H.RADIOGRAFI TULANG KARPAL
Penelitian dan literatur mengenai foto karpal diajukan antara lain oleh Tood T.W, Greulich W.w, Pyle S T, Depalagne M, Bjork A dan Grove K C, dikatakan bahwa carpal radiogram ialah foto radiografik yang meliputi radius sampai ujung jari tangan. Menurut Dr. Pyle, dengan melihat tulang karpal yang terakhir tumbuh, dapat ditentukan umur atau tingkat pertumbuhan seseorang normal, apakah kurang atau cepat.
Waktu Pertumbuhan Tulang Karpal
• Os capitatum (4-5 bulan)
• Os triquetrum (3-4 bulan)
• Os multangulus mayus (1-5 bulan)
• Os multangulus minus (4-5 bulan)
• Os naveculare (4-5 bulan)
• Os hamatum (5-6 bulan)
• Os lunatum (3-4 bulan)
• Os fisiform (9-12 bulan)
Foto radiografik tulang karpal dapat memberi informasi mengenai usia skeletal dan tingkat pertumbuhan / perkembangan. Usia skeletal sebaiknya disesuaikan dengan data standar yang ada. Selain melalui foto karpal, tingkat pertumbuhan/perkembangan dapat dilihat dari :
• Keadaan fisik seseorang berdasarkan ukuran tinggi, besar dan berat badan, yang secara umum diperlihatkan dengan rumus :
BB = TB - 100 - 10%
BB = berat badan
TB = tinggi badan
Pertumbuhan gigi
• Pertumbuhan gigi, dimana pada pertumbuhan normal gigi susu sekitar umur 6 bulan dan sudah lengkap pada umur 2,3,5 tahun. Umur dentalis juga harus disesuaikan dengan standar perkembangan gigi.
• Pertumbuhan tulang-tulang muka dan kepala ,dapat diketahui berdasarkan analisis sefalometri
POSISI PENDERITA
1. Penderita sebaiknya duduk. Kedua telapak tangan diletakkan di atas kaset dengan posisi anteroposterior. Semua jari dalam keadaan terbuka. Letakkan identitas (R) di sebelah kanan.
2. Arah CR : tegak lurus kaset dengan CP di garis tengah film.
3. Kondisi sinar X: kVp = 60, mA = 10, Sec = 0,4
4. TFD = 50-75 CM, ukuran film 15 x 18 cm atau 18 x 24 cm
I.PANORAMIK (PANORAMIC TOMOGRAPHY/ PANTOMOGRAPHY)
Istilah panoramic berarti gambaran (view) suatu region secara lengkap dari segala arah. Panoramic radiografi adalah istilah yang dipakai untuk teknik pemotretan, yang memproyeksikan gigi-geligi serta seluruh struktur jaringan penyangganya, dan struktur anatomis rahang atas maupun bawah, sampai setinggi rongga orbita dan mencakup kondilus mandibula satu lembar film.
Cara pemotretan panoramic :
1. Sumbu sinar x langsung di dalam mulut penderita, film ditempatkan di luar mulut, sekeliling rahang yang akan diperiksa.
2. Sumber sinar x dan film berputar mengelilingi rahang pasien yang akan diperiksa.
3. Pasien berputar di antara film dan sumber sinar x yang diam.
A. MACAM-MACAM FOTO PANORAMIK
1. Panography
Disebut juga status x sumber sinar x ditempatkan didalam mulut pasien sedangkan film dipegang oleh paasien sendiri dan ditempatkan di sekeliling muka atau rahang yang akan di foto. Hasil foto yang diperoleh hanya meliputi satu rahang saja, mulai dari region gigi molar 3 kiri sampai molar 3 kanan. Kerugian teknik ini adalah terjadinya distorsi gambaran yang dihasilkan, radiasi hambur ke struktur anatomis lainnya di rongga mulut.
2. Panorex
Mempunyai dua pusat putaran, yaitu sumber sinar x berputar mengelilingi rahang pasien. Setelah mencapai pertengahan, rahang pasien, tube berhenti untuk pindah pada lintasan berikutnya. Film ditempatkan pada posisi lurus di film holder dan akan bergeser pada saat tube pindah lintasan. Foto yang dihasilkan memperlihatkan gigi-geligi RA dan RB dalam satu lembar film, dengan garis putih ditengahnya, karena tube berhenti dan berpindah lintasan.
3. Rotograph
Mempunyai suatu pusat putaran. Pasien duduk di kursi yang dapat berputar diantara fil dan sumber sinar x yang diam.
4. Elipsopantomograph
Pesawat sinar x mutakhir. Pesawat ini mempunyai 4 pusat putaran, yang dapat menyesuaikan lintasannya dengan bentuk rahang penderita, dengan 3 sumbu perputaran sumber sinar x-nya. Film holder berputar di lintasannya.
5. Orthopantomography
Macam pusat perputaran alat yaitu :
1. Sumber sinar x dan film berputar dengan arah berlawanan, mengelilingi rahang penderita.
2. Film pada kaset holder setengah lingkaran berputar mengelilingi sumbu putarnya.
Foto yang dihasilkan memperlihatkan gambaran tanpa garis pemisah antara region sebelah kiri dengan sebelah kanan.
Walaupun panoramic memperlihatkan sebelah rahang bawah dan rahang atas termasuk kondilus dan sinus maksilaris, tetapi radiogram dapat dibagi dalam 3 daerah kejelasan (image layer/focal trough).
1. Daerah simfisis mandibula
2. Daerah kondilus mandibula
3. Daerah sinus maksilaris
Oleh karena itu bila merujuk penderita untuk foto panoramic, harus ditulis jelas regio mana yang spesifik akan diperiksa. Hal ini disebabkan bentuk rahang tidak selalu parabola, tetapi berbagai bentuk,seperti segitiga atau segi empat.
B. INDIKASI UTAMA
1. Foto panoramic pada prinsipnya untuk melihat/menilai kelainan yang luas di RA maupun RB, serta menilai hubungan dengan struktur anatomi tulang muka di sekitarnya.
2. Penilaian ortodontik untuk melihat keberadaan, posisi dan hubungan gigi susu dengan gigi permanen yang sedang tumbuh.
3. Lesi-lesi seperti kista, tumor dan anomaly pertumbuhan region korpus dan ramus mandibula (untuk mengetahui ukuran dan tempat/lokasinya)
4. Fraktur di seluruh bagian mandibula, kecuali region anterior.
5. Kelainan sinus maksilaris, terutama untuk menilai dinding anterior, posterior dan dasar sinus.
6. Melihat keadaan permukaan articulator kepala kondilus (condylar head) mandibula pada kasus kelainan TMJ.
7. Melihat tinggi tulang alveolar secara umum pada kelainan/penyakit periodontal.
8. Menilai keadaan gigi molar 3.
9. Melihat ada tidaknya penyakit/kelainan yang mempengaruhi sebelum pembuatan gigi tiruan sebagian/penuh.
10. Evaluasi ukuran vertical (tinggi) tulang alveolar sebelum pemasangan gigi tiruan implant.
C. TEKNIK PEMOTRETAN
1. Film dimasukkan kedalam kaset
2. Buat identifikasi pasien di bagian depan kaset
3. Letakkan kaset di kaset holder
4. Perhiasan logam dan alat lain seperti kaca mata, harus dilepaskan
5. Pasien berdiri atau duduk, kedua tangannya memegang hand holder
6. Atur posisi kepala, dengan dagu pada chin cup Mid Sagital planet tepat di tengah-tengah.
7. Atur image layer/focal trough sesuai tujuan pemotretan, apakah untuk melihat : daerah simfisis mandibula, atau daerah condyle TMJ atau daerah sinus maksilaris.
8. Penderita diminta menggigit bite plastic atau bite teb. Edge to edge / tumpang tindih gigi anterior RA dan RB.
9. Tentukan kondisi sinar x, kVp = 100, mA= 5 untuk orang dewasa. Untuk anak-anak kVp=90, mA=3.
10. Instruksikan penderita jangan bergerak (diam) selama penyinaran kurang lebih15 menit
11. Tekanan tonbol penyinaran.
D. KELEBIHAN FOTO PANORAMIK
1. Bagi dokter gigi foto mempermudah dan mempersingkat waktu untuk menilai suatu kasus secara keseluruhan.
2. Memperoleh gambar daerah yang luas berikut seluruh jaringan yang berada di dalm “focal trough” (“image layer”) walaupun penderita tidak membuka mulutnya.
3. Gambaran difotopanoramik mudah dimengerti sehingga foto ini berguna untuk penjelasan kepada penderita atau untuk bahan pendidikan.
4. Pergerakan sesaat dalam arah vertical hanya merusak gambar pada bagian tertentu saja, tidak semua gambaran mengalami distorsi.
5. Pengaturan posisi pasien dan pengaturan pesawat relatif mudah.
6. Gambar keseluruhan rahang yang diperoleh memungkinkan deteksi kelainan/penyakit yang tidak diketahui sebelumnya.
7. Diperoleh gambaran kedua posisi rahang memungkinkan penilaian keadaan fraktur dan bagi pasien dengan luka-luka akibat fraktur, proyeksi ini lebih nyaman.
8. Sangat berguna untuk evaluasi awal keadaan jaringan periodontal serta kasus orthodonsi
9. Bagian dasar dan dinding anterior serta posterior sinus terlihat dengan baik
10. Mudah memperbandingkan kedua kepala kondilus TMJ
11. Dapat dipergunakan untuk penderita dengan keterbatasan-keterbatasan, seperti penderita sensitif muntah, penderita dengan kesadaran menurun, sukar atau tidak dapat membuka mulut, serta penderita yang tidak kooperatif seperti anak-anak.
Namun demikian proyeksi ini juga mempunyai banyak keterbatassan yaitu gambaran foto yang dihasilkan kurang detil, dan apabila salah satu sisi rahang membengkan misalnya abses, tumor atau fraktur, gambar yang dihasilkan kabur.
E. KESALAHAN YANG UMUM DIJUMPAI DALAM FOTO PANORAMIK
A. Kesalahan dalam mempersiapkan pasien
Kesalahan dalam mempersiapkan pasien dapat menyebabkan :
1. Tidak jelasnya gambaran daerah anterior
2. Pembesaran pada salah satu sisi gambar
3. Adanya garis radio-opak di daerah anterior
4. Distorsi gambar akibat pergeseran pasien selama pemotretan
5. Terlihat gambar ghost image
B. Kesalahan dalam pemotretan dan pencucian
Kesalahan dalam pemotretan dan pencucian dapat menyebabkan :
1. Gambar yang dihasilkan terlalu terang/gelap, tidak jelas/sebagian terlihat tidak jelas, kabur/berkabut
2. Adanya berbagai noda/artefak
J. RADIO AKTIF DENGAN BAHAN KONTRAS
Bahan kontras (contras agent or contras medium) adalah substansi radiopak yang digunakan untuk melukiskan suatu struktur secara radiografis, umumnya dilakukan untuk pemeriksaan kelenjar liur (sialografi), dan sendi temporomandibula (arthrografi).
Bahan kontras modern yang digunakan sebagian besar merupakan senyawa jadian yang telah dievaluasi toksisitas, resiko dan ekskresinya. Bahan kontras yang digunakan terbagi dalam dua bentuk, yaitu :
1. Bahan dasar air (water solube) contohnya : Urografin 60 %, Pantopogue dan endografin 70%.
2. Bahan dasar minyak (fat solube) contohnya : Liptodol dan etiodol
Kontras dengan bahan dasar air umumnya digunakan untuk pemeriksaan dengan penyuntikan intravena. Bahan ini lebih disukai dan banyak digunakan untuk mempelajari kelenjar liur, antara lain karena hasil fotonya lebih kontras dibanding water solube.
Penggunaan lain bahan kontras di bidang kedokteran gigi adalah untuk membedakan lesi periapikal (misalnya kista dan granuloma), sedangkan pasta khususnya yang menggunakan bahan radiopak juga digunakan untuk mengetahui dasar poket periodontal.
Syarat- syarat bahan kontras antara lain :
- Larutan dalam air atau darah
- Dapat terlihat jelas secara radiografis (bersifat radiopak)
- Dapat diabsorbsi tubuh
- Pada fase pengosongan masih dapat diamati
- Tidak toksin bagi tubuh
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PENGGUNAAN BAHAN KONTRAS
A. Indikasi
1. Melihat kelainan di organ atau benda asing radiopak (misalnya peluru) dan radio lusen
2. Mengidentifikasi daerah yang mengalami kelainan
3. Memastikan besar (luas) dan letak kedalaman untik tindakan operasi
B. Kontra indikasi
1. Keadaan inflamasi akut, karena bahan kontras dapat masuk ke dalam jaringan sehingga menyebabkan iritasi
2. Alergi terhadap bahan kontras contohnya yodium.
PEMERIKSAAN RADIOGRAFIK KELENJAR LIUR
Selain dengan radiografi, pemeriksaan kelenjar liur juga dilakukan dengan fluoroskopi, radiografi tanpa atau dengan bahan kontras radiopak yang disuntukkan melalui duktus utamanya.
Ada dua macam kelenjar liur, yaitu :
1. Kelenjar liur mayor
• Kelenjar parotis
• Kelenjar submandibularis atau submaksilaris
• Kelenjar sublingualis
2. Kelenjar liur minor
Terdapat di palatum, di belakang lidah, bibir dan peritonsiler
KELENJAR PAROTIS
Kelenjar parotis merupakan salah satu kelenjar liur terbesar, terletak di bawah dan di depan meatus akustikus eksternus (ME). Ke belakang sampai prosesus mastoideus dan otot sternocleidomastoideus. Ke bawah,di bawah angulus mandibula. Ke depan, menutupi sebagian ramus mandibula. Dan ke atas mencapai lengkung zygomatikus. Kelenjar parotis mempunyai duktus stensomi yang terletak di permukaan otot masetter, bermuara ke dalam rongga mulut regio molar dua atas setinggi batas antara akar dan mahkota. Panjang duktus kira-kira 4-7 cm dengan diameter 0,5 mm.
KELENJAR SUBMAKSILARIS ATAU SUBMANDIBULARIS
Kelenjar ini lebih kecil dari kelenjar parotis. Terletak di daerah sepertiga submandibula, superfisial dan ditutupi oleh otot plastima serta fascia cervicalis.
Duktusnya bernama Wartoni, bermuara di rongga mulut pada papil kecil kira-kira 1 cm dari samping frenulum lidah. Panjang kelenjer ini kira-kira 5 cm dengan diameter 2-3 mm.
KELENJAR SUBLINGUALIS
Kelenjar ini terletak di bawah mukosa dasar mulut, berdekatan dengan symphisis mandibula dan terdiri dari 8-12 ductus. Ductus sublingualis bernama Bartolini bermuara pada plica sublingualis disebut juga ductus Revini dengan air liur yang sifatnya mukous.
Proyeksi pemotretan :
1. Kelenjar parotis : PA, Lateral, Panoramik, Tangansial dan Floroskopi
2. Kelenjar submaksilaris : PA, Lateral, Easler, Panoramik dan Floroskopi
3. Kelenjar sublingualis : Cross section
TMJ ARTHROGRAPHY
Untuk pemeriksaan ini harus diseleksi secara ketat, karena resikonya cukup berat, baik dari segi prosedur maupun bahan kontras. Sebelum pasien diberi pramedikasi 10-20 diazepam (kurang dari 40 menit sebelum pemeriksaan).
Prosedur ini keseluruhannya adalah prosedur yang steril. Penyuntikan bahan kontras dilakukan secara terpisah untuk bagian atas dan bagian bawah sendi. Prosedur ini harus dilakukan dengan observasi langsung menggunakan fluroskopy yang direkam dalam videotape.
Proyeksi pemotretan TMJ :
1. Lateral
2. Transkranil/ Updegrave
3. Towne
4. Reversre Towne
5. Panoramik
6. Fluoroskopi
BAB III
PENUTUP
Pemeriksaan radiografik ekstra oral merupakan seluruh proyeksi pemotretan regio orofacial dengan film diletakkan di luar mulut pasien. Proyeksi-proyeksi pemotretan ekstra oral digunakan untuk memeriksa daerah yang tidak tercakup dalam foto intra oral, atau untuk melihat struktur fasial secara keseluruhan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan radiografik adalah bahwa operator dapat dan kadang-kadang harus melakukan pemotretan dengan modifikasi teknik standar, terutama pada pasien khusus.
Pemotretan ekstra oral memerlukan persiapan sebaik mungkin, baik alat/pesawat, film, maupun pasien. Semua proyeksi pemotretan ekstra oral dilakukan menggunakan screen film dan intensifying screen yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
www. postradiograf.com
www.radiologi-borneo.co.cc
Radiografi ekstra oral
Thursday, January 5, 2012
Posted by Putri Ferina Aprilia at 8:08 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Ka mau tanya ?
Klinis dari pemeriksaan cephalometri apa aja ya ?
Saya punya program analisa sefalometri digital, yang bisa digunakan pada komputer atau laptop. Ini akan membantu mempermudah, praktis, cepat, dan akurat melakukan analisa dari awal perawatan sampai final. More info, bisa email ke saya : andrian1208@gmail.com ... thanks
Post a Comment