Pendahuluan
Kontrol nyeri sangat penting dalam praktek operasi
kedokteran gigi. Kontrol nyeri yang baik akan membantu operator dalam melakukan
operasi dengan hati-hati, tidak terburu-buru, tidak menjadi pengalaman operasi
yang buruk bagi pasien dan dokter bedah. Sebagai tambahan pasien yang tenang
akan sangat membantu bagi seorang dokter gigi. Operasi dentoalveolar dan
prosedur operasi gigi minor lainnya yang dilakukan pada pasien rawat jalan
sangat tergantung pada anestesi lokal yang baik.
Menurut istilah, anestesi local (anestesi
regional) adalah hilangnya rasa sakit pada bagian tubuh tertentu tanpa desertai
dengan hilangnya kesadaran. Anestesi local merupakan aplikasi atau injeksi obat
anestesi pada daerah spesifik tubuh, kebalikan dari anestesi umum yang meliputi
seluruh tubuh dan otak. Local anestesi memblok secara reversible pada system
konduksi saraf pada daerah tertentu sehingga terjadi kehilangan sensasi dan
aktivitas motorik.
Untuk menghasilkan konduksi anestesi, anestesi
local diinjeksikan pada permukaan tubuh. Anestesi lokal akan berdifusi masuk ke
dalam syaraf dan menghambat serta memperlambat sinyal terhadap rasa nyeri,
kontraksi otot, regulasi dari sirkulasi darah dan fungsi tubuh lainnya.
Biasanya obat dengan dosis atau konsentrasi yang tinggi akan menghambat semua
sensasi (nyeri, sentuhan, suhu, dan lain-lain) serta kontrol otot. Dosis atau konsentrasi akan menghambat
sensasi nyeri dengan efek yang minimal pada kekuatan otot.
Anestesi local dapat memblok hampir setiap syaraf
antara akhir dari syaraf perifer dan system syaraf pusat. Teknik perifer yang
paling bagus adalah anestesi local pada permukaan kulit atau tubuh.
Adapun manfaat dari anestesi local adalah
sebagai berikut :
Digunakan sebagai diagnostic, untuk menentukan
sumber nyeri
Digunakan sebagai
terapi, local anestesi merupakan bagian dari terapi untuk kondisi operasi yang
sangat nyeri, kemampuan dokter gigi dalam menghilangkan nyeri pada pasien meski
bersifat sementara merupakan ukuran tercapainya tujuan terapi
Digunakan untuk
kepentingan perioperatif dan postoperasi. Proses operasi yang bebas nyeri
sebagian besar menggunakan anestesi local, mempunyai metode yang aman dan
efektif untuk semua pasien operasi dentoalveolar.
Digunakan untuk kepentingan postoperasi.
Setelah operasi dengan menggunakan anestesi umum atau lokal, efek anestesi yang
berlanjut sangat penting untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien.
Keuntungan dari anestesi local yaitu :
·
Tidak
diperlukan persiapan khusus pada pasien
·
Tidak
membutuhkan alat dan tabung gas yang kompleks
·
Tidak
ada resiko obstruksi pernapasan
·
Durasi
anestesi sedikitnya satu jam dan jika pasien setuju dapat diperpanjang sesuai
kebutuhan operasi gigi minor atau adanya kesulitan dalam prosedur
·
Pasien
tetap sadar dan kooperatif dan tidak ada penanganan pasca anestesi
·
Pasien-pasien
dengan penyakit serius, misalnya penyakit jantung biasanya dapat mentolerir
pemberian anestesi lokal tanpa adanya resiko yang tidak diinginkan
·
Tidak dibutuhkan ahli anestesi.
Penyakit
kardiovaskuler dan diabetes melitus, penguna anetetikum lokal yang mengandung
epinefrinharus dilakukan dengan sangat hati-hati atau sama sekali di hindari. Infiltrasi
yang berlebihan pada jaringan penderita DM akan sangat membahayakan.
Larutan anestetikum yang mengandung konsentrasi epinefrin yang sangat tinggi sebaiknya hanya digunakan pada kasus-kasus yang diindikasikan.
Berikut
ini merupakan cara penanganan dan pencegahan komplikasi lokal yang sering terjadi
pada anestesi lokal:
1. Patah Jarum
Penyebab:
Gerakan
tiba-tiba jarum gauge (ukuran) kecil, jarum yang dibengkokkan .
Pencegahan:
Kenalilah
anatomi daerah yang akan dianestesi, gunakan jarum gauge besar, jangan gunakan
jarum sampai porosnya, pake jarum sekali saja, jangan mengubah arah jarum,
beritahu pasien sebelum penyuntikan.
Penanganan:
Tenang, jangan
panic, pasien jangan bergerak, mulut harus tetap terbuka jika pragmennya
kelihatan, angkat dengan hemostat keal, jika tidak terlihat diinsisi, beritahu
pasien, kirim ke ahli bedah mulut.
2. Rasa
Terbakar Pada Injeksi
Sebab:
pH larutan
melampaui batas, injeksi larutan cepat, kontaminasi larutan catridge dengan
larutan sterilisasi, larutan anestesi yang hangat.
Masalah:
Bisa terjadi
iritasi jaringan, jaringan menjadi rusak.
Pencegahan:
Gunakan
anestetik lokal yang pH kira-kira 5, injeksi larutan perlahan-lahan
(1ml/menit), cartridge disimpan pada suhu kamar, lokal anestetik tetap steril.
3. Rasa
Sakit pada Injeksi
Sebab:
Teknik injeksi
salah, jarum tumpul, deposit larutan cepat, jarum mengenai periosteum.
Pencegahan:
Penyuntikan yang
benar, pakai jarum yang tajam, pakai larutan anestesi yang steril, injeksikan
jarum perlahan-lahan, hindari penyuntikan yang berulang-ulang.
Penanganan:
Tidak perlu penanganan
khusus.
4. Parastesi
(kelainan saraf akibat anestesi): tidak terasa.
Sebab:
Trauma (iritasi
mekanis pada nervus akibat injeksi jarum/ larutan anestetik sendiri.)
Masalah:
Dapat terjadi
selamanya, luka jaringan.
Pencegahan:
Injeksi yang
tepat, penggunaan cartridge yang baik.
Penanganan:
Tenangkan
pasien, pemeriksaan pasien (lamanya parastesia), pemeriksaan ulang sampai
gejala hilang, konsul ke ahli bedah, mulut atau neurologi.
5. Trismus
(gangguan membuka mulut).
Sebab:
Trauma pada otot
untuk membuka mulut, iritasi, larutan, pendarahan, infeksi rendah pada otot.
Masalah:
Rasa sakit,
hemobility (kemampuan mandibula untuk bergerak menurun).
Pencegahan:
Pakai jarum
suntik tajam, asepsis saat melakukan suntikan, hindari injeksi berulang-ulang,
volume anestesi minimal.
Penanganan:
Terapi panas
(kompres daerah trismus 15-20 menit) setiap jam. Analgetik obat relaksasi otot,
fisioterapi (buka mulut 5- 10 menit tiap 3 jam), megunyah permen karet, bila
ada infeksi beri antibiotik alat yang digunakan untuk membuka mulut saat
trismus.
6. Hematoma
(efusi darah kedalam ruang vaskuler).
Sebab:
Robeknya
pembuluh darah vena/ arteri akibat penyuntikan, tertusuknya arteri/ vena, dan
efusi darah.
Pencegahan:
Anatomi dan cara
injeksi harus diketahui sesuai dengan indikasi, jumlah penetrasi jarum
seminimal mungkin.
Penanganan:
Penekanan pada
pembuluh darah yang terkena, analgetik bila nyeri, aplikasi pada pada hari
berikutnya.
7. Infeksi.
Sebab:
Jarum dan daerah
operasi tidak steril, infeksi mukosa masuk kedalam jaringa, teknik pemakaian
alat yang salah
Pencegahan:
Jarum steril,
aseptic, hindari indikasi berulang-ulang.
Penanganan:
Terapi panas,
analgesic, antibiotic.
8. Udema
(Pembengkakan Jaringan)
Sebab:
Trauma selama
injekasi, infeksi, alergi, pendarahan, irirtasi larutan analgesic.
Pencegahan:
Pemakaian alat
anestesi lokal yang betul, injeksi atraumatik, teliti pasien sebelum pemberian
larutan analgesic.
Penanganan:
Mengurangi
pembengkakan secepat mungkin, bila udema berhubungan dengan pernafasan maka
dirawat dengan epinefrin 8,3 mg IV/Im, antihistramin IV/im. Kortikosteroid IV/
IM, supinasi, berikan basic life support, tracheastomi, bila sumbat nafas,
evaluasi pasien.
9. Bibir
Tergigit.
Sebab:
Pemakaian long
acting anestesi lokal.
Masalah:
Bengkak dan
sakit.
Pencegahan:
Pilih anastetik
durasi pendek, jangan makan/minum yang panas, jangan mengigit bibir.
Penanganan:
Analgesi,
antibiotic, kumur air hangat beri vaselinàlipstik.
10. Paralyse
N. Facialis (N. Facialis ter anestesi)
Sebab:
Masuknya larutan
anestesi ke daam kapsul/ substransi grandula parotid.
Masalah:
Kehilangan
fungsi motoris otot ekspersi wajah. Mata tidak bisa mengedip.
Pencegahan:
Blok yang benar
untuk n. Alveaolaris inferior, jarum jangan menyimpang lebih kepost Waktu blok
n. alveolaris inferior.
Penanganan:
Beritahu pasien,
bahan ini bersifat sementara, anjurkan secara periodic membuka dan menutup
mata.
11. Lesi
Intra Oral Pasca Anestesi.
Penyebab:
Stomatitis
apthosa rekuren, herpes simpleks.
Masalah:
Pasien mengeluh
sensitivitas akut pada daerah uslerasi.
Penanganan:
Simptomatik,
kumur-kumur dengan larutan dipenhidramin dan susu magnesium.
12. Sloughing
pada Jaringan.
Penyebab:
Epitel
desquamasi, abses steril.
Masalah:
Sakit hebat.
Pencegahan:
Pakai topical
anestesi, bila memakai vasokonstriktor jangan berlebihan.
Penanganan:
Secara
simptomatik, rasa sakit diobati dengan analgesic (aspirin/ kodein secara
topical)
13. Syncope
(fainting).
Merupakan bentuk shock neurogenik.
Penyebab:
Isohemia
cereoral sekunder, penurunan volume darah ke otak, trauma psikologi.
Masalah:
Kehilangan kesadaran.
Pencegahan:
Fentilasi yang cukup, posisi kepala lebih
rendah dari tubuh, hentikan bila terjadi perubahan wajah pasien.
Penanganan:
Posisikan kepala lebih rendah dari tubuh,
kaki sedikit diangkat, bila sadar anjurkan tarik nafas dalam-dalam, rangsang
pernaasan dengan wangi-wangian.
Kesimpulan
Anestesi local
(anestesi regional) adalah hilangnya rasa sakit pada bagian tubuh tertentu
tanpa desertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi local merupakan aplikasi
atau injeksi obat anestesi pada daerah spesifik tubuh.
Pada pemberian
anestesi lokal yang tidak dilakukan secara hati – hati dapat terjadi komplikasi
– komplikasi seperti : patah jarum, rasa terbakar pada injeksi, rasa sakit pada
injeksi, parastesi, trismus, hematoma, infeksi, udema, bibir tergigit, lesi
intra oral, dll.
Komplikasi dapat
dicegah jika melakukan anestesi lokal dengan hati – hati dan memahami dengan
baik tentang anestesi, tetapi apabila komplikasi terjadi, harus bcepat diatasi dengan
baik agar tidak terjadi komplikasi yang berkepanjangan.
Daftar Pustaka
www.
google. com
http://myblog-iraandir.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment