I. DEFENISI BEDAH PROSTHODONTIK
1. Tujuan Bedah Prosthodontik
Persiapan tindakan bedah, seperti pencabutan gigi, pembedahan gigi impaksi, tulang atau jaringan hendaknya dilakukan secepat mungkin. Memang ada pula pengecualian dalam hal ini, umpamanya ekstraksi perlu ditangguhkan sampai dapat dilakukan pembuatan geligi tiruan imidiat.
Dengan cara ini, protesa dimanfaatkan sebagai perlindungan luka sampai sembuh, sehingga membantu mencegah resorbsi tulang berlebih.1
Prosedur bedah ini harus diselesaikan jauh sebelum pembuatan protesa dilakukan, supaya penyembuhan optimal bisa tercapai. Pembentukan kembali jaringan bekas ekstraksi biasanya berlangsung cepat untuk periode 4-5 bulan pertama dan kemudian berlangsung lebh lambat. Setelah jangka waktu 10-12 bulan, residual ridge umumnya sudah dianggap stabil. Makin lama jarak antara pembedahan dan prosedur pencetakan, penyembuhan luka makin mantap, sehingga jaringan pendukung protesa jadi semakin stabil pula.
Kelemahan utama pada pembuatan protesa imidiet adalah kesalahan mempersiapkan model dan kegagalan untuk mendapatkan petunjuk pembedahan yang memadai. Hanya dengan menghilangkan gigi pada model tidak banyak membantu apabila dikaitkan dengan alveoplasti di klinik. Minimal, alveoplasti untuk persiapan linggir pada pembuatan protesa imediet, khususnya pada daerah anterior atas, paling tidak memerlukan eksisi dari papilla interdental, pembuatan flap bukal secukupnya, dan penghalusan tulang. Apabila penyakit periodontal mengakibatkan kerusakan tulang yang luas, maka pengambilan jaringan granulasi dan prosedur pembentukan tulang kembali (recountouring) sering merupakan tindakan bedah yang melibatkan daerah yang luas.2
Setiap gigi yang masih tinggal hendaknya dievaluasi secara cermat dan diteliti apakah mungkin dipakai sebagai gigi penahan.1 Sedapat mungkin gigi dapat dipertahankan supaya tulang alveolar bisa lebih awet. Gigi yang rusak, tinggal sisa akar atau impaksi dicabut jauh sebelum geligi tiruan dibuat, kecuali bila tindakan bedah ini akan menimbulkan keadaan patologik. Kista, tumor dan keadaan patologik yang lain yang ditemukan pada foto Rontgen harus diperiksa, didiagnosa dan dirawat.
Jadi, tujuan dari bedah prosthodontik itu sendiri adalah untuk mendapatkan keadaan atau kondisi rongga mulut yang mampu mendukung dan memberikan stabilitas yang kuat dalam perawatan pembuatan suatu penggantian yang sesuai bagi hilangnya bagian koronal gigi, satu atau lebih gigi asli yang hilang serta jaringan sekitarnya, agar supaya fungsi, penampilan, rasa nyaman dan kesehatan yang terganggu karenanya dapat dipulihkan.1
2. Kriteria Ideal Linggir Alveolar untuk Pembuatan Protesa
Bentuk linggir alveolar dapat mengalami perubahan yang radikal setelah pencabutan gigi akibat terjadinya resorbsi. Bentuk ini dapat berupa persegi panjang, bulat, runcing, atau trapezium. Bentuk yang ideal adalah linggir alveolus dengan puncak lebar dan sisi sejajar atau persegi panjang. Bentuk linggir alveolus yang demikian akan memberi keuntungan terhadap retensi dan stabilisasi dari gigi tiruan. Pada permukaan atas yang sempit atau runcing kurang tahan terhadap adanya tekanan oklusal gigi tiruan. Bila terdapat daerah gerong maka harus diperiksa dengan teliti, apakah daerah gerong itu terjadi karena tulang atau jaringan. Jika keadaan sangat mengganggu sebaiknya dibentuk kembali dengan melakukan tindakan bedah. Daerah gerong di daerah anterior sebaiknya tidak dilakukan tindakan bedah. Daerah gerong di daerah posterior apabila terdapat pada ke dua belah sisi rahang, kemungkinan dapat mengganggu arah pasang dan arah lepas gigi tiruan serta perluasan basis gigi tiruan. Pada kasus tersebut dapat dilakukan tindakan bedah secukupnya pada daerah yang paling ekstrim. Jika daerah gerong tidak mengganggu arah pasang dan arah lepas gigi tiruan, tidak perlu dilakukan tindakan bedah karena hal tersebut akan memberi keuntungan terhadap retensi dan stabilisasi gigi tiruan.
Pandangan sagital dari linggir alveolus harus diperhatikan. Pada waktu pemeriksaan intra oral, linggir alveolus rahang bawah di daerah retromolar pad harus diperiksa dengan telili untuk melihat posisi lekukannya. Pada pasien yang telah kehilangan gigi posterior dalam jangka waktu yang cukup lama, lekukannya bisa tidak terlihat. Hal tersebut dapat menyebabkan kesalahan dalam menentukan posisi gigi pada waktu penyusunannya. Apabila hal ini terjadi maka gigi tiruan sering meluncur ke depan karena tekanan oklusal yang terjadi pada lekukan tersebut.
Bedah Prostodontik
Friday, December 30, 2011
Posted by Putri Ferina Aprilia at 6:08 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment