Definisi dari Fraktur tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, baik sebagian maupun seluruhnya. Hal ini dapat terjadi pada tulang saja, atau dapat disertai dengan kerusakan jaringan lunak.
Mandibula merupakan struktur tulang paling kokoh pada wajah yang membentuk lengkung atau arkus dari kiri ke kanan dan menjadi tempat melekatnya otot-otot untuk fungsi mengunyah dan sebagian kecil otot mimik.
Fraktur mandíbula menempati urutan kedua dari fraktur daerah wajah, karena merupakan tulang yang menonjol yang terletak di tepi dan posisinya di sepertiga bawah wajah sehingga sering menjadi sasaran ruda paksa..
Penyebab terbanyak dari fraktur mandíbula adalah jejas dari luar dan sebagian kecil berasal dari dalam yang disebabkan keadaan patologis dari tulang, misalnya kista, odontogenik tumor.
Seperti kita ketahui klasifikasi fraktur mandíbula ada beberapa macam. Archer (1975) membagi fraktur mandíbula sebagai berikut:
1. fraktur tunggal: fraktur pada satu tempat pada tulang mandíbula.
2. fraktur berganda: fraktur yang terjadi dua atau lebih tempat pada tulang. Fraktur ini lebih sering ditemukan bilateral.
3. fraktur sederhana: fraktur tulang yang tidak menyebabkan laserasi pada rongga mulut atau permukaan luar dari muka (fraktur tertutup).
4. fraktur campuran: fraktur tulang yang disertai laserasi mukosa oral dan kulit muka.
5. fraktur kominutif: fraktur yang menyebabkan tulang terpecah menjadi beberapa segmen.
6. fraktur komplikasi: fraktur yang menimbulkan komplikasi lain pada wajah dan tulang kepala.
Kruger (1984) membagi fraktur mandíbula hanya 4 jenis, yaitu
1. fraktur sederhana, Greenstick fracture, adalah satu sisi dari tulang patah sedang sisi lainnya melengkung
2. fraktur campuran, dan
3. fraktur kominutif.
.
Fry dkk membagi fraktur mandíbula berdasarkan
a. arah garis fraktur terhadap tarikan otot masseter, dibagi menjadi fraktur horisontal menguntungkan (berlawanan) dan tidak menguntungkan (searah).
b. arah garis fraktur terhadap tarikan otot pterygoideus medialis dan lateralis dibagi fraktur vertikal yang menguntungkan (berlawanan) dan tidak menguntungkan(searah)
klasifikasi fraktur condylar mandibula menurut Spiessl and Schroll
tipe I : fraktur tanpa displacement
tipe II : fraktur ringan dengan displacement
tipe III : fraktur berat dengan displacement
tipe IV : fraktur ringan dengan dislokasi
tipe V : fraktur berat dengan dislokasi
tipe VI : fraktur intracapsular (diacapitular)
fraktur mandibula, frekuensinya berdasarkan lokasinya :
Gejala dari fraktur mandibula
1. Gejala utamanya adalah pasien merasakan sakit.
2. gejala utama lainnya adalah terjadinya maloklusi. Kadang-kadang pada saat fraktur terjadi, gigi geligi berkontak prematur dan mengacu pada anterior open bite sehingga tidak bisa menutup dengan baik. Akan tetapi bisa juga terjadi crossbite.
3. Kekebasan bibir merupakan salah satu gejalanya, apabila fraktur tersebut mengenai/merintangi/memotong canal nervus inferior alveolaris.
4. Dan pastinya terjadi pendarahan pada mulut.
5. Gigi yang retak serta kehilangan gigi juga berkaitan dengan fraktur rahang.
Perawatan fraktur mandíbula pada umumnya secara singkat dibagi dalam 3 tahap
yaitu perawatan emergensi, definitive, dan rehabilitasi.
a. Perawatan emergensi pada pasien dengan fraktur mandíbula terutama terhadap komplikasi-komplikasi yang lebih berbahaya dari fraktur itu sendiri, seperti obstruksi jalan nafas, perdarahan, cedera otak. Pada pasien ini tidak didapatkan suatu emergensi yang memerlukan intervensi segera. Dari pemeriksaan fisik dalam batas normal. Kecurigaan adanya cedera otak berdasarkan adanya riwayat pingsan (+), sehingga dikonsulkan ke bedah neurologi. Jawaban konsultasi dengan bedah neurologi, tidak didapatkan adanya kelainan pada pasien maka dapat dilakukan perwatan selanjutnya.
b. Perawatan definitif dilakukan setelah yakin tidak terdapat perawatan emergensi yang dilakukan. Perawatan definitif pada fraktur mandíbula perlu pertimbangan-pertimbangan dalam memilih macam perawatan berupa jumlah
fraktur, lokasi fraktur, tipe fraktur, posisi fragmen dan hubungannya satu dengan lainnya, jumlah gigi yang ada, kondisi dan distribusinya, daya
kontraksi otot terhadap fragmen fraktur, lama terjadinya fraktur dan tetap mempertimbangkan usia dan keadaan umum pasien. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ini kita menentukan apakah perawatanya dengan pembedahan atau tidak dengan pembedahan. Perawatan definitifnya dapat berupa reduksi, fiksasi dan imobilisasi. Reduksi adalah tindakan untuk mengembalikan posisi dari bagian tulang yang fraktur ke posisi semula atau disebut reposisi. Fiksasi adalah suatu tindakan untuk mempertahankan tulang yang telah direduksi. Imobilisasi adalah suatu tindakan untuk menjaga tulang yang telah difiksasi tidak bergerak sama sekali. Pada perawatan fraktur yang memerlukan tindakan pembedahan, imobilisasi dilakukan setelah reposisi dan fiksasi tulang yang fraktur. Pada perawatan yang tidak memerlukan tindakan bedah, imobilisasi dilakukan bersama-sama dengan tindakan fiksasi, alat fiksasi berfungsi sebagai alat imobilisasi. Tindakan untuk mengembalikan fragmen yang fraktur ke tempat semula (reduksi) ada 2 tehnik yaitu:
1. Reduksi tertutup {Close reduction): Pengembalian fragmen yang fraktur tanpa melalui suatu tindakan pembedahan.
Indikasi:
a) Jika gigi-gigi pada kedua rahang cukup atau masih lengkap,sehingga oklusi dapat dibangun kembali dan gigi-gigi dapat dipakai sebagai pegangan untuk alat fiksasi.
b) Pasien yang edentulous parsial (sebagian tidak bergigi) yang mana terjadi fraktur korpus mandíbula dengan displacement minimal
c) fraktur dengan celah fragmen yang tidak begitu lebar (kurang dari 2mm) dan oklusi baik.
d) fraktur yang masih dalam batas golden periode (< 10 hari )
e) Lokasi fraktur mandíbula tidak berada di tempat tarikan otot yang kuat
Ada beberapa cara reduksi tertutup, yaitu Intermaxillary fixation, Splint fixation, Skeletal pin fixation
2. Reduksi terbuka (Open reduction), yaitu cara perawatan fraktur mandíbula dengan tindakan pembedahan
Indikasi :
- Jika tidak cukup terdapat gigi-gigi untuk reduksi tertutup
- Pada fraktur ramus ascendens mandíbula atau pada processus condiloideus dengan displacement yang besar.
- Pada non union, mal union, dan fibrous union fracture.
- Bila terdapat otot-otot yang ¡nterposlsi diantara fragmen-fragmen tulang
- Dalam melakukan pencangkokan tulang (bone graft)
Ada beberapa cara reduksi terbuka, yaitu pemasangan plat logam pada tulang setelah reduksi, Intraosseous wiring, dan Transsosseous wire pin fixation
c. Penilaian penyembuhan tulang setelah fraktur dibagi 2 yaitu penyembuhan klinis dan penyembuhan radiologis:
1. Penyembuhan klinis: secara klinis tidak ada keluhan, dan organ yang fraktur dapat berfungsi meskipun terbatas. Dengan kriteria:
- Tidak ada pergerakan abnormal. Bengkak dan hematom tidak ada.
- Keluhan nyeri tidak ada baik bergerak maupun tidak digerakkan.
- Tidak ada nyeri pada TMJ waktu buka tutup mulut. Sudah dapat berfungsi meskipun belum maksimal
2. Penyembuhan radiologis: hilangnya daerah radiolusen pada garis fraktur dan diganti dengan gambaran radiopak yang tidak dapat dibedakan dari tulang sekitarnya. Pada minggu ke 9 (hari ke 57) dari evaluasi gambaran panoramik, garis fraktur di korpus mandíbula bilateral mulai tidak jelas, maka IDW rahang bawah dilepas, dengan saran penderita diet makanan lunak
Beberapa pilihan perawatan
United States Intermaxillary Fixation (IMF) mengeluarkan produk yang bernama Erich Arch Bars, yang derekatkan dengan kawat pada gigi. Terdapat beberapa metode untuk merekatkan rahang yakni menggunakan wire loops atau dikenal dengan Ivy loops atau menggunakan plat sambung yang special yang direkatkan ke gigi. Dengan mengepaskan gigi dan rahang secara bersamaan akan efektif untuk mensplinting posisi fragments rahang sehingga immobility. Kestabilan fragment rahang didapatkan sekitar 4 minggu. Akan tetapi masalahnya pasien akan sulit makan dan berbicara ketika kawat tersebut terpasang. Jadi pasien tidak akan menyukai perawatan ini.
Terdapat juga IMF, yang menyertakan beberapa tipe dari sekrup rahang yang dirancang untuk memegang kawat. Kadang-kadang, operator bisa meletakkan komposit pada braces untuk menutup kawat rahang tersebut. Kerugiannya adalah ketika perawatan selesai akan sulit rahang untuk bekerja kembali.
Alternatif lain, AO/ASIF merupakan organisasi internasional telah memilih teknologi bedah untuk mefiksasi fraktur mandibula yang dirancang dapt difungsikan dengan cepat dibandingkan dengan teknik IMF. Prinsip dari AO/ASIF yaitu menggunakan batangan titanium untuk memfiksasi tulang rahang dengan sekrup. Dengan meimplantasi batangan titanium yang akan merekonstruksi kekuatan rahang dan fungsi rahang dengan cepat. Kenapa menggunakan titanium? Karena subtansi titanium tidak ditolak di dalam tubuh. Plat titaniun diletakkan dengan teliti pada tulang dan tidak merusak gigi atau nervus sensori dari rahang. Teknik ini mengacu pada ORIF atau open reduction and internal fixation.
Komplikasi yang mungkin terjadi
1. kerusakan pada gigi hingga terjadi gingivitis berat pada akar.
2. pasien susuah untuk membersihkannya.
3. terjadinya infeksi. Akan menyebar yang akan menyebabkan osteomyelitis.
Fraktur Mandibula
Friday, December 30, 2011
Posted by Putri Ferina Aprilia at 6:34 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment