skip to main | skip to sidebar

About me

My Photo
Putri Ferina Aprilia
View my complete profile

Arsip

  • ► 2018 (6)
    • ► January (6)
  • ► 2012 (30)
    • ► January (30)
  • ▼ 2011 (54)
    • ▼ December (47)
      • GARRE’ OSTEMYELITIS
      • Granuloma
      • OSTEOSARCOMA
      • CALCIFYING EPITHELIAL ODONTOGENIC TUMOR
      • Leukemia
      • KESALAHAN TEKNIK ATAU PROYEKSI INTRAORAL FILM TERB...
      • GAMBARAN RADIOGRAFI OSTEOBLASTOMA PADA TULANG RAHAng
      • Replantasi
      • Transplantasi
      • Fraktur Mandibula
      • Fraktur maksila
      • Fraktur dento alveolar
      • Frenektomi
      • exostosis
      • Alveoplasti
      • Kelainan atau lesi jaringan lunak
      • Kelainan atau lesi jaringan keras
      • Bedah Prostodontik
      • Kegiatan di bangsal, OK, dan IGD
      • Fraktur tulang alveolar
      • Injeksi
      • INFLAMATORY CyST
      • Impaksi gigi insisivus
      • kista odontogenik
      • Impaksi Gigi
      • impaksi molar tiga
      • FIBROMATOSIS GINGIVA IDOPATIK TERKAIT PERIODONTITI...
      • macam-macam kelainan kongenital
      • Orofacial cleft lanjutan
      • Orofacial cleft
      • mucoepidermoid carcinoma
      • Malignant salivary neoplasma
      • monomorphic adenomas
      • Mixed tumor (Pleomorphic Adenoma)
      • Penyakit gondongan (mumps/parotitis)
      • Imunologic Condition, efek HIV terhadap kelenjar...
      • Sialadenitis
      • Sialolithiasis
      • Ranula
      • mukokel
      • Anatomi Kelenjar saliva
      • Sel basal carcinoma
      • Nevus Pigmentasi
      • Papiloma Squamous
      • macam-macam tumor jinak rongga mulut
      • Neoplasia
      • Komplikasi anastesi
    • ► April (7)

Mrs Pinky

Fraktur tulang alveolar

Friday, December 30, 2011

Tulang alveolar merupakan tulang tempat melekat gigi pada maksila dan mandibula. Fraktur adalah hilang atau putusnya kontinuitas jaringan keras tubuh. Fraktur  tulang alveolar adalah hilang atau putusnya kontinuitas jaringan tulang alveolar pada maksila atau mandibula.

Fraktur dari processus alveolaris sering terjadi pada maksila yang tipis dibandingkan dengan mandibula. Akan tetapi, tipe fraktur yang sering terjadi pada mandibula adalah fraktur alveolar. Trauma alveolar pada mandibula berhubungan dengan fraktur komplit pada daerah penyangga gigi, sedangkan pada maksila biasanya disebabkan oleh trauma lokal. Jika terjadi trauma secara langsung processus alveolaris bagian anterior memiliki resiko terbesar untuk terjadi fraktur.
Trauma lokal pada tulang rahang dapat menyebabkan terjadinya fraktur pada tulang alveolar. Fraktur pada tulang alveolar biasanya tidak menyababkan kerusakan yang serius pada gigi, gigi diharapkan masih dapat melakukan devitalisasi pasca trauma.
Etiologi

Penyebab terjadinya fraktur tulang alveolar diantaranya adalah karena trauma facial seperti trauma athletik, terjatuh, kecelakaan industri, kecelakaan lalu lintas, dan lain-lain. Penyebab lainnya adalah akibat dari prosedur iatrogenik pada pencabutan gigi.

Fraktur prosesus alveolaris biasanya berupa fraktur terbuka sehingga rentan terhadap infeksi. Fraktur yang terjadi pada tulang alveolar dapat meluas sampai keperbatasan tulang. Pada segmen yang fraktur sering ditemukan pergerakan, pergeseran segmen, dan dislokasi. Terjadi perubahan oklusal akibat ketidaksejajaran dari segmen alveolar yang fraktur. Tes sensitivitas pada gigi di daerah fraktur dapat positif atau negatif.
Pada fraktur tulang alveolar, gigi dapat mengalami perubahan posisi, gigi dapat menjadi luksasi, avulsi, atau impaksi.

Gambaran radiografis
Pada fraktur tulang alveolar garis fraktur dapat terlokalisasi, dari tepi tulang alveolar sampai apeks akar. Teknik panoramik sangat membantu dalam menentukan bagian dan posisi garis fraktur. Garis fraktur dapat terlihat dengan atau tanpa adanya pemisahan fragmen. Periapical dental radiographs  dapat memberikan informasi mengenai status gigi geligi di daerah tulang alveolar yang mengalami fraktur.
Klasifikasi
Klasifikasi dari fraktur tulang alveolar menurut Per Clark
• Kelas 1, fraktur pada segmen edentulous
• Kelas 2, fraktur pada segmen dentulous dengan sedikit perubahan posisi
• Kelas 3, fraktur pada segmen dentulous dengan sedang-berat perubahn posisi
• Kelas 4, fraktur processus alveolaris. Terdapat satu atau lebih garis fraktur dengan fraktur pada tulang facial penyangga gigi

Perawatan
Perawatan medikasi
Perawatan ini ditujukan untuk memberi kenyamanan pada pasien dan untuk mencegah komplikasi terutama akibat infeksi.
 Analgesik ringan sampai sedang dapat diberikan, namun perlu mempertimbangkan status kesehatan umum pasien dan dosis obat. Contoh analgesik yang bisa diberikan adalah Acetaminophen.
Terapi antibiotik mengurangi prevalensi dari infeksi. Golongan penisilin diberikan dan disesuaikan dosisnya dengan umur. Pada pasien yang alergi dengan golongan penisilin, clindamycin dapat digunakan sebagai alternatif  pengganti.




Perawatan bedah
Pada fraktur alveolar perawatan dilakukan dengan tujuan mengembalikan segmen farktur ke posisi semula. Sebelum dilakukan perawatan, sebaiknya dilakukan foto rontgen untuk mengetahui seberapa luas fraktur yang terjadi. Perawatan dilakukan dengan bantuan anestesi lokal. Namun pada keadaan tertentu perlu dilakukan anestesi umum yaitu apabila anastesi lokal tidak berhasil atau pada pasien yang sangat penakut. Reposisi segmen
fraktur yang mengalami perubahan lokasi dengan melakukan reduksi  yaitu menggerakkan segmen yang fraktur dengan finger manipulation, periksa hubungan oklusalnya. Fiksasi untuk imobilisasi segmen yang fraktur dengan splint atau arch bar. Hilangkan kontak prematur dan trauma oklusal. Stabilisasi segmen yang fraktur tersebut selama 4 minggu.  Contoh cara fiksasi lain yang dapat dilakukan adalah menggunakan 2-0 Chromic gut suture material  untuk immobilisasi gigi.

Placement of the 2-0 chromic gut suture for immobilization of the fractured segment.
Alat  untuk stabilisasi segmen dilepas setelah 4-6 minggu kemudian evaluasi mobilitas  gigi dan segmen. Untuk mengetahui keberhasilan perawatan, lakukan foto rontgen. Status pulpa perlu dilihat untuk mempertimbangkan kemungkinan perawatan endodontik bila gigi menjadi nonvital.

Prognosis
Keberhasilan perawatan dicapai ketika fragmen fraktur kembali pada posisi anatominya, gigi kembali vital, gigi berada pada oklusi yang normal serta menunjukkan pergerakan normal di dalam soketnya. Kelanjutan dari penyembuhan fraktur berhubungan dengan penggunaan tehnik orthodonsi yang digunakan dalam mengembalikan kestabilan dari fragmen tulang yang fraktur.

DAFTAR PUSTAKA
Dr Anthony J. Diangelis Hennepin. Dental trauma. 2007. Minnesota:  Country Medical Center, Departement of Dentistry.
Pedersen, Gordon W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. 1996. Jakarta : EGC.
http://www.thejcdp.com/issue023/martins/graphics/lead
http://emedicine.medscape.com/article/867888-media
http://faculty.ksu.edu.sa/hkhalil/Lectures/Dento-alveolar%20fractures.ppt


Posted by Putri Ferina Aprilia at 6:01 PM  

0 comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod

Work under CC License.

Creative Commons License