a. Frenulum yang Terlalu Tinggi atau Rendah
Frenektomi Labialis
Frenulum bukanlah tali muscular tapi terdiri dari mukosa dan jaringan ikat fibrosa. Keduanya tidak memberikan peranan fungsional kecuali pasif untuk membatasi gerak bibir. Frenulum labial superior adalah yang paling sering menimbulkan masalah.2 Ini dengan mudah dieksisi dengan insisi elips di sekitarnya.
Setelah mukosa diambil dilakukan penyesetan dari lateral pada bidang supraperosteal untuk membebaskan tali-tali fibrosa dari tempat perlekatan. Penempatan jahitan pertama sangat penting karena cendrung menentukan kedalaman vestibular. Jahitan ini melalui tiga lapisan yaitu mukosa, perosteum kemudian mukosa lagi. Penutupan disempurnakan dengan jahitan terputus tambahan atau dengan teknik kontinu. Edema labial bisa dikontrol dengan baik dengan aplikasi es, pembalut eksternal dengan penekanan, atau keduanya. Eksisi spina nasalis anterior yang menonjol dan frenulum labialis didekatnya, kadang dilakukan bersamaan.
Frenektomi Lingual
Frenektomi lingual kadang-kadang dilakukan pada anak-anak atas anjuran ortodontis, dokter gigi anak, atau orang tua. Baik pada anak-anak atau pada orang dewasa yang tak bergigi bisa digunakan teknik yang sama, walaupun untuk bayi kadang-kadang frenektomi sederhana sudah mencukupi. Lidah diimobilisasi dengan jahitan pada bagian ujungnya. Garis besar ditentukan dengan insisi mucosal. Kemudian frenulum dieksisi dengan menggunakan gunting atau tang fiksasi jaringan dimana tempat diseksi lebih dekat kearah lidah, bukan kedasar mulut. Penutupan bisa dilakukan dengan baik dengan menggunakan bahan yang bisa diabsorbsi yang lain karena pembukaan jahitan sering sulit dan menyakitkan. Mungkin terjadi edema lingual sesudah dilakukan frenektomi, maka dianjurkan kepada pasien untuk menempelkan es sesering mungkin. Eksisi yang berbentuk elips dapat digunakan pada sebagian besar kasus pengambilan frenulum.
b. Denture Induced Fibrous Hyperplasia
Fibrous hyperplasia of the mucosa (sebelumnya dikenal sebagai epulis fissuratum atau hyperplasia inflamasi) biasanya terjadi karena trauma kronis mukosa dari lipatan mucolabial atau mucobuccal, karena gigi tiruan sebagian atau gigi tiruan penuh. Lebih khusus lagi, gigi tiruan flensa melukai daerah ini, karena sangat tipis dan lebih lama digunakan dari biasanya. Lesi mungkin timbul dalam penempatan awal gigi palsu atau setelah periode waktu tertentu, dan pada saat tertentu, karena resorpsi dari prosessus alveolaris. Perubahan daerah anatomi dan penyesuaian yang diperlukan dari alat prostetik yang diabaikan.
c. Hiperplasia Gingiva di Tuberositas Maksilaris
Hiperplasia jaringan lunak dari prosessus alveolar, biasanya diamati dalam
daerah edentulous retromolar rahang atas dan merupakan hasil iritasi konstan selama proses pengunyahan. Gambaran klinis, lesi simetris bilateral tanpa gejala dengan permukaan halus, yang elastis selama palpasi. Ukurannya bervariasi dan kadang-kadang lesi bisa tumbuh begitu besar sehingga menempati semua ruang interarch selama oklusi, menciptakan masalah serius untuk konstruksi suatu gigi tiruan sebagian atau lengkap.
d. Gingival Fibromatosis
Gingival fibromatosis adalah jaringan gingival yang tumbuh berlebihan, hiperplastik dan padat. Ini adalah kondisi jinak, yang ditandai dengan pembengkakan progesif lambat dari mukosa alveolar dan gingival. Lesinya mungkin secara umum atau local atau juga dapat disebabkan oleh keturunan/herediter. Secara klinis dapat menutupi sebagian atau seluruh mahkota gigi, tergantung pada kasusnya, permukaan gingival lobular, kemerahan, sedangkan inflamasi dan resorbsi tulang bervariasi.
e. Vestibuloplasti
Vestibuloplasti adalah prosedur operasi untuk memperdalam vestibulum seringkali diperlukan agar protesa bisa dipasang. Beberapa teknik yang memungkinkan membrane mukosa di sekitarnya bertumbuh, sedangkan teknik lain menggunakan graft kulit dari berbagai jenis untuk menutupi daerah yang diperdalam. Pendalaman vestibulum diperlukan agar protesa bisa cekat.5 Vestibuloplasti adalah prosedur penambahan linggir yang relative. Tujuannya adalah membuat permukaan linggir yang ada meningkat sehingga permukaan yang digunakan untuk menahan protesa menjadi lebih besar. Hal ini sering dilakukan dengan jalan migrasi apical dari mukosa bukal (split thickness flap). Cacat pada permukaan periosteum yang terjadi diharapkan sembuh dengan membentuk jaringan granulasi/re-epitelisasi, atau ditutup dengan flap mukosa yang digeser, atau cangkokan mukosa/kulit.2
KLASIFIKASI VESTIBULOPLASTI
Berdasarkan luasnya
- Total : seluruh linggir
- Parsial : sebagian dari lengkung rahang misalnya anterior bawah, posterior bawah bilateral (milohioid)
Berdasarkan pemotongan
- Terbuka : periosteal
- Tertutup : supraperiosteal, submukosa, atau prosedur pembuatan tembusan
Berdasarkan penyembuhannya
- Re-epitelisasi sekunder
- Cangkokan penutup
- Cangkokan mukosa pedikel
- Cangkokan mukosa bebas
- Cangkokan kulit dengan ketebalan sebagian (split thickness skin)
Modifikasi
Merendahkan lantai dasar mulut, pemisahan m. milohiodeus bilateral dan m. genioglossus sebagian, dengan reposisi ke inferior.
Linggir residual yang ada dan dinding vestibulum disekitarnya (labial/bukal) dipersiapkan dan dicangkok dengan kulit (ketebalan sebagian), teknik tempelan bukal.
Berdasarkan pada stabilitas hasil
1. Cangkokan kulit dengan ketebalan sebagian
2. Cangkokan mukosa bebas
3. Cangkokan pedikel mukosa
4. Re-epitelisasi sekunder
Kelainan atau lesi jaringan lunak
Friday, December 30, 2011
Posted by Putri Ferina Aprilia at 6:13 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment